PART 6. PELANGI DI MATAMU

88 27 22
                                    

*6.
.
.
Shinjuku - Tokyo - Japan

.
.
Haruki Murakami library
.

🍁

16° C, real feel 13° C. Dewa menggigil meski memakai trench Coat, perpaduan jas dan jaket terbuat dari kain drill. Sebenarnya outfit ini untuk musim dingin. Namun cuaca di musim gugur ini membuat Dewa memakainya untuk melawan hawa yang baginya dingin.

"Assalamu'alaikum, Dewa?" Sebuah sapaan halus dengan logat Turki.

Deg!

Dada Dewa berdegub kencang. Tanpa sadar menatap gadis cantik bermata emerald itu. Mata hijau zamrud yang hanya di miliki 2 % manusia di bumi ini. Sesaat Dewa terpukau. Seperti gadis Turki pada umumnya mereka identik dengan gaya hijab silk satin. Memakai rok lace ( brokat ) warna hitam, dengan kemeja warna senada yang simple. Di tambah padanan sepatu boots dan cardingan rajut klasik warna maroon yang panjangnya selutut. Hijab warna yang sama memperelok parasnya. Dewa tertunduk, istiqfar beruntun. Pandangan pertama yang tidak sengaja adalah rezeki, meneruskannya dengan pandangan kedua adalah dosa. Itu ada dalam HR. Tirmidzi.

"Wa'alaikumsalam," jawab Dewa dengan senyum. Menatap gadis Turki itu tapi tidak seperti menatap. Lebih pada pemandangan lain di belakang gadis itu. Ribuan buku-buku dalam rak.  Emira Shahinaz Halim. Sepenggal nama yang entah sejak kapan memorakporandakan benteng imannya akan hubungan emosional dengan lawan jenis.

"Cari siapa sampai kemari?" Emira Shahinaz bertanya dengan senyum. Mungkin aneh melihat Dewa ada di tempat yang di juluki Haruki Mukarami Library. Perpustakaan yang di dedikasikan untuk seorang alumninya, novelis Jepang Haruki Murakami yang di buka sejak setahun lalu.

Mungkin baginya bukan anak fak. Sastra di sini terlihat aneh. Karena perpustakaan ini berisi  manuskrip tulisan dan arsip pribadi Haruki Murakami. Tempat ini adalah pusat budaya, baik untuk penelitian sastra hingga pertukaran budaya yang dapat menyatukan kaum muda di Jepang dan seluruh dunia. Ini adalah rumah sastra Internasional.

Tempat ini adalah surga bagi pecinta sastra. Karena kita akan terbenam dan tenggelam dalam dunia Murakami yang terkenal dengan karyanya Kafka on the Shore. Dengan hampir tiga ribu buku, termasuk edisi pertama novelnya salinan buku-bukunya yang di terjemahkan lebih dari 50 bahasa. Bahkan di sini ada karya penulis asing yang di terjemahkan Murakami dalam bahasa Jepang. JD Salinger's dengan karyanya The Catcher in the Rey. Menjadi kontroversi karena di baca oleh pembunuh John Lennon. Mark David Chapman, yang membawa buku ini waktu memberondong kepala John Lennon dengan empat tembakan.

"Ini," jawab Dewa sambil mengacungkan Kafka on the Shore. Joko Darmono yang berbusa ria promo akan pesan moril dan filosofi hidup buku ini membuatnya ingin membacanya.

"Ini adalah sastra rumit yang epic, sarat perjalanan waktu. Cerita tersembunyi. Dunia magis.

Tentang pelarian  seorang anak lelaki bernama Kafka Tamura. Mencoba untuk kabur dari kutukan ayah dan mencari ibu serta saudara tiri perempuannya.

Kehidupan Kahfa yang terjebak dalam dunia paralel dengan seorang lelaki tua bernama Nakata.

Di sini ntar kamu bakal ngerti, Wa. Bahwa melarikan diri dari masalah bukankah pilihan."

Terngiang tutur Joko. Hemg! Seperti ada palu godam yang telag menghantam dada. Dan terelak. Dewa menerima kepindahan ke Jepang karena Nabila menikah? May be.

"Dan ada beberapa hal yang gak  perlu di pusingkan dalam hidup ini. Bahwa hidup ini terus bergerak dan berjalan."

Terngiang tutur Joko lagi. Iya, Albert Einstain pun mengatakan hidup itu seperti naik sepeda, agar seimbang harus terus mengayuhnya.

𝔼𝕊𝕋𝔸𝔽𝔼𝕋 𝕋𝕆𝕏𝕀ℂ ( ℍ𝕚𝕒𝕥𝕦𝕤 )Where stories live. Discover now