PART 7. AKU YANG SELALU SALAH

115 27 39
                                    


*7.

(A/n. Sebagian isi part ini fiksi. Tidak berhubungan dengan siapapun di dunia nyata.

Tidak bermaksud meremehkan ataupun merendahkan siapapun 🙏)

.
.
Shibuya - Tokyo - Jepang

🍁

Tokyo Metropolitan Hiroo Hospital

🍁

Firdaus memasukkan Okurasi Techo dalam tas Dewa usai menebus obat. Okurasi Techo adalah buku mungil berisi catatan obat dan alergi obat.  orang yang tinggal di Jepang dan pernah berobat pasti memilikinya. Berisi obat apa saja yang pernah kita konsumsi. Bahkan rekam medis kita. Akhirnya sahabatnya itu tumbang juga  dan harus rawat inap. Gerd plus demam tifoid.

"Sepi banget ini rumah sakit. Ati-ati ada suster ngesot, Wa," kelakar Joko dengan tawa ngakak. Di hus hus Firdaus. Joko cekikikan. Lupa bahwa di negeri ini semua berbeda dengan Indonesia.

Ia keluarkan universal adaptor agar hand phone Dewa dari Indonesia tetap bisa di pakai. Colokan Indonesia memakai type F, dan Jepang memakai type A sama dengan Amerika.

Colokan listrik di Jepang berbentuk pipih persegi. Juga vertikal. Sedang colokan listrik Indonesia berbentuk bulat panjang .

"Aku taruh sini, Wa," ucap Joko sambil meletakkan converter yang memiliki banyak jenis colokan. Tadi terbawa ia pulang. Hingga Joko harus kembali lagi. Converter itu hidup mati Dewa. Karena tanpa itu terputuslah komunikasinya dengan keluarga dan sahabat dari +62.

"Tolong charge hand phoneku, Ko," pinta Dewa dengan suara serak.

"Tadi Sharla kirim pesan belum aku balas." lanjut Dewa sambil terpejam. Kepalanya masih berat dan berdenyut-denyut.

Joko menurut, meraih hand phone Dewa yang tergeletak  di atas bed.

"Sharla itu terlalu young, Wa. Jangan jadi pedofil," canda Joko sambil ngakak. Dewa hanya tersenyum. Ia tak punya tenaga untuk sekedar  tertawa lepas. Sepintas wajah belia Sharla membayang. Terlalu jauh pikiran Joko. Apakah intensnya komunikasi bisa jadi adiksi? Dewa tak pernah tahu apa arti dirinya bagi Sharla selain sebagai support system.

Dan Nabila mengatakan orang seperti Sharla itu mengalami distorsi kognitif.  Meski jelas butuh diagnosa lebih lanjut. Tapi indikasi ke arah sana itu ada.

"Serius gitu, La? Kok bisa?" saat itu Dewa bertanya ragu. Nabila adalah sepupu Erlangga dan Haidar. Dan mengenal Sharla yang dekat dengan Erlangga.

"Karena dia memiliki pola pikir yang berlebihan, Wa. Dan  pola pikir ini yang meyakinkan dirinya untuk memercayai hal-hal negatif tentang dirinya dan dunianya, orang lain, dan lingkungan yang belum tentu benar."

Hm, begitu ya? Emang Sharla seperti itu? Contoh realnya apa? Dan kapan terjadi?

"Jelas banget, Wa. Dia pernah mengalami distorsi personalisasi. Ada juga yang menyebutnya distorsi personalization."

Distorsi personalisasi? Apa itu?

"Dia menyimpulkan sesuatu secara pribadi, ketika ada masalah orang lain yang gak terhubung dan gak di sebabkan oleh dia.

Pernah kan dia ngerasa bersalah karena gak bisa bantu cari solusi waktu Erlangga ribut sama Haidar.

Lha? Padahal kan bukan salah dia. Dia sering terlibat dalam drama hidup orang lain dan merasa bertanggungjawab atas kebahagiaan orang lain."

Dewa ngakak saat itu. Asli. Sharla banget itu. Kok bisa gitu ya? Karena apa? Terlalu baik hati?

"Karena sikap welas asih yang di tanamkan keluarganya sejak kecil. Membuatnya sangat care. Kadang over gak sesuai porsi."

𝔼𝕊𝕋𝔸𝔽𝔼𝕋 𝕋𝕆𝕏𝕀ℂ ( ℍ𝕚𝕒𝕥𝕦𝕤 )Where stories live. Discover now