PART 9. APA ARTI DIRIKU BAGIMU?

152 26 25
                                    

*9.

( A/n. Sebagian isi part ini fiksi. Jika ada kejadian, nama, tempat yang sama di dunia nyata itu murni kebetulan.

Tidak bermaksud menyinggung siapapun🙏)


Sharla menatap casio warna gold yang melingkari pergelangan tangan kirinya. 5 menit lagi jam bezuk di buka. Brand jam tangan klasik dengan bahan mineral glass yang tahan terhadap goresan ini adalah hadiah ultahnya dari Erlangga. Sharla sendiri tak mungkin rela menguras kantongnya untuk membeli jam tangan hampir seharga setengah juta itu. Ia termasuk memikirkan ulang jika ingin membeli barang-barang branded.

Sharla memperhatikan outfit yang ia pakai. Cukup pantas untuk bezuk, atasan turtle neck dengan blazer dan celana ankle jeans. Sharla amati kotak makan BONBOX BTW40, wadah tahan panas dua tingkat itu. Isinya capcay yang ia masak sendiri dan nasi. Semoga cocok di lidah bunda Erlangga yang jago masak karena punya usaha catering.

Begitu jam bezuk dibuka Sharla segera ikut masuk. Erlangga mungkin masih antre ambil obat. Dengan sabar Shara menunggu antrean di lift. Bunda Erlangga ada di lantai tiga. Sebelum masuk pintu lift yang terbuka Shara mengetik pesan pada Erlangga bahwa ia sudah di depan lift.

"Hai, Sha." Sebuah sapaan membuat Shara mendongak kaget. Anindira? Cantik dan elegan dengan outfit blouse motif bunga berenda.

"Hai," Sharla menanggapi ramah. Langsung peluk cium Anindira saat sudah di dalam lift."Kok bisa barengan ya? Padahal gak janjian." Kelakar Shara dengan tawa. Mencoba mengusir berbagai kelebat bayang buruk yang menari-nari di benaknya. Takut akan anggapan Anindira, takut ia di kira janjian dengan Erlangga, takut Anindira mispersepsi.

Sementara Anindira pun sama. Berusaha tersenyum ramah dan terlihat sumringah. Meski beragam praduga mencecar kalbunya. Apakah Sharla janjian dengan Erlangga? Apakah Sharla berusaha mencari simpati bunda Erlangga?

Dan apa yang Sharla bawa? Bisakah Sharla memasak seenak dirinya? Kira-kira masakan siapa yang di sukai bunda Erlangga?

Saling sibuk berjibaku dengan kecamuk kalbu, dua insan yang sama-sama dekat dengan Erlangga itu sama-sama bungkam dengan mulut terkatub.

"Aku tahu ruangannya karena kemarin aku yang ngantar ke IGD dan nungguin sampai dapat kamar." Ucapan Anindira seolah menunjukkan posisinya. Sharla cuma tersenyum. Mengikuti Anindira saat mereka keluar dari lift. Menyusuri lorong lantai tiga. Jajaran sofa warna putih tulang berjajar rapi di depan pintu kamar. Ini ruangan kelas satu.

"Itu apa?" Anindira bertànya. Dahinya menunjuk box yang di bawa Sharla. Nyata terlihat karena plastik pembungkusnya transparan. Apalagi isinya jika bukan makanan?

"Capcay." Shara menjawab dengan senyum. Ia tidak berusaha meraih apapun dari bunda Erlangga. Ia memasak menu ini karena ia paling menguasai menu capcay. Dan keluarganya mengatakan enak.

"Tante suka masakan Jawa." ucapan Anindira seolah menunjukkan bahwa ia lebih mengetahui apa yang disukai dan tak disukai bunda Erlangga.

"Biar dimakan Erlangga." Tanggap Sharla dengan tawa lepas. Spontan saja dan tidak bermaksud apapun. Anindira tersenyum kecut. Sharla ini benar-benar ...


Di depan pintu kupu tarung separoh kaca dengan name pasien ; Ny. Maryani 58 tahun Anindira mendorong pintunya.
Mengucap salam dengan riang.

"Kalian janjian?" Sambut ibu Maryani sumringah setelah menjawab salam. Berusaha bangun dari bed. Dengan cepat Sharla membantunya. Bukan ingin menunjukkan ia lebih berempati tapi spontan ingat ibunya.

𝔼𝕊𝕋𝔸𝔽𝔼𝕋 𝕋𝕆𝕏𝕀ℂ ( ℍ𝕚𝕒𝕥𝕦𝕤 )Where stories live. Discover now