BAB 6

390 40 0
                                    

"Jangan pernah paksa aku untuk mencintaimu Starsa, aku takut."

Langit menghirup nafas dalam, pemuda itu menyunggingkan senyuman kecilnya ketika indra penciumannya mencium bau air laut yang di sukai oleh Starsa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langit menghirup nafas dalam, pemuda itu menyunggingkan senyuman kecilnya ketika indra penciumannya mencium bau air laut yang di sukai oleh Starsa. Deburan ombak mengisi pendengarannya, bersama terpaan angin yang mencoba menggoyahkan pendiriannya.

Mata elang itu terpejam, merasakan suasana tenang yang melingkupi dirinya. Entah mengapa Starsa begitu senang berada di pantai, kini Langit bisa merasakan itu. Pantai adalah temannya: teman yang selalu menemani Starsa di saat pria itu tengah bersedih; pantai yang tahu semua rahasia yang dimiliki Starsa. Dan pantai itu adalah tempat bagi Starsa untuk menyimpan semua keluh kesahnya. Maka dari itu, tempat ini menjadi tempat favorit nya selain Cafe.

Entah sudah berapa luka yang ia lemparkan ke dalam pantai ini karena dirinya. Langit tidak bisa membayangkan betapa ngilu rasa dihatinya ketika mencoba menyembuhkan luka itu sendirian di pantai ini. Langit merasa dirinya terlalu kejam bagi Starsa. Tapi Langit tidak bisa berbohong, ia hanya tidak ingin mencintai Starsa.

Mengingat kejadian tadi, Langit mendesah pelan. Sampai saat ini ia masih terus menolak Starsa. Bahkan ketika Starsa sudah membiarkan dirinya tersakiti berkali-kali, pemuda itu masih saja menolak dan mendorong nya jauh; seakan pemuda itu tidak akan pernah bisa di capai sampai kapanpun.

Namun, apa yang membuat Starsa begitu nyakin bahwa Langit akan mencintai dirinya? Walau itu adalah sesuatu yang mustahil. Langit tahu bahwa Starsa bodoh-- membiarkan dirinya mengejar seseorang yang bahkan tidak pernah membuka hatinya untuk dirinya. Tapi sekali lagi, ia mencoba bertahan--- karena bertahan untuk sesuatu yang dicintainya tidak ada salahnya.

Hati langit seketika saat ini bimbang, dan saat itu pula pikiranya tentang Starsa yang sudah lama berusaha masuk ke dalam hidupnya memenuhi kepalanya.

Langit berteriak, memukul dadanya kencang. Tidak peduli dengan sekitar yang memperhatikan dirinya. Saat ini hatinya begitu hancur ketika melihat punggung kokoh itu menjauh. Dengan luka yang lagi lagi merobek hatinya. Bahkan Langit yakin, bahwa luka yang kemarin juga belum sempat pulih.

Apakah Starsa kini benar benar lelah? Mengapa Langit merasa bahwa ada sesuatu yang hilang bersama dengan kepergian Starsa? Tapi itu tidak mungkin karena-- karena Langit berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak mencintai siapapun. Bahkan jika orang itu adalah Starsa.

Langit mulai melangkahkan kakinya, menuju batu besar yang berada tepat dengan deburan ombak. Mencoba untuk berdiri disana dengan tumpuan kaki yang sedikit melemah. Menghirup udara dengan kasar, merentangkan tangannya.

Mencoba untuk, membiarkan angin mendorong tubuhnya nya ke dalam laut yang dingin itu. Sampai dirinya tidak lagi dapat menjaga keseimbangan nya. Dan akhirnya Langit terjatuh ke dalam laut yang dingin itu.

Rasanya sangat hampa, mencoba membiarkan tubuhnya tenggelam begitu saja di dalam air laut yang gelap. Merasakan betapa dinginya air itu ketika menyentuh kulitnya. Matanya terpejam, ketika bayangan itu muncul dari fikiran nya.

langit untuk starsa (End) Where stories live. Discover now