BAB 33.

522 27 3
                                    

Langit memalingkan wajahnya begitu Loius dan Rain keluar dari kamar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Langit memalingkan wajahnya begitu Loius dan Rain keluar dari kamar.

Berhenti sejenak dengan kepala yang menunduk, sedikit terkesiap begitu jemari hangat menangkup pipinya. Melihat tatapan mata penuh ketenangan sosok yang begitu tulus di hadapan nya. Pertahanan Langit runtuh seketika.

Tubuhnya ambruk begitu saja di atas lantai, ia langsung memeluk lututnya yang terasa lemas itu. Hatinya sakit, merasa bahwa mimpi yang dulu, hadir di kehidupan nyata. Langit tak berpikir bahwa reaksi nya kan sama. Padahal disini yang pergi bukan Starsa.

Bagaimana jika Starsa yang pergi? Sepertinya akan lebih dari ini.

"Starsa." Gumamnya Parau dengan tatapan mata yang tersirat sakit mendalam. Menjulurkan kedua tangannya untuk menarik kekasihnya ke dalam pelukanya.

Starsa yang paham segera mendekat untuk membalas pelukan Langit. Ia langsung membawa tubuh Langit ke dalam dekapanya. Sambil mengusap tengkuk Langit.

Mendengarkan jeritan pilu yang keluar dari bibir kekasih nya. Menyakitkan. Seakan ini adalah gambaran jika nanti Starsa sudah tidak bersamanya.

Isak demi isak tangis makin terdengar nyaring. Langit tak mau menghentikan tangisnya itu. Sampai tak terasa, air mata Starsa ikut menetes.

"K-kak, udah ya. Kakak jangan kayak gini," Ucap Starsa.

"M-marsel, Sa. M-marsel udah gak ada." Kata Langit terisak.

Starsa menangkup wajah Langit. "Ikhlasin kak, Kak Marsel udah tenang di sana. Kakak jangan kayak gini. Kalo kakak lemah, aku harus gimana?-"

"A-aku jadi takut kak, a-ku takut kalo operasi aku bulan depan gagal, aku gak bisa ngebayangin gimana runtuhnya kakak nanti. Dengan kakak kayak gini kakak udah ngasih gambaran ke aku. Aku jadi ragu untuk operasi. Kakak jangan kayak gini, S-starsa takut kak..."

Menatap wajah kekasihnya lamat. Seakan mencerna semua perkataan yang ia ucapkan. Memang ada benarnya. Jika Langit terus menerus menunjukkan sisi lemahnya, bagaimana ia akan menyalurkan semangat nya nanti.

Starsa pasti membutuhkan itu, operasi ini bukan operasi biasa. Hanya ada dua kemungkinan, pasien berhasil namun bisa jadi koma. Atau operasi mengalami kegagalan, dan menyebabkan pasien meninggal dunia.

Dari dulu, Starsa bukankah orang yang kuat, ia lemah. Lemah dalam apapun. Bahkan cinta. Seolah memang dirinya sudah ditakdirkan seperti itu. Namun, tiba tiba saja semuanya berubah ketika Langit sudah mencintai nya. Rasa sakit yang sering ia alami dulu mulai berkurang. Hanya sesekali, bahkan sekarang jika dirinya sakit, ada Langit yang sigap membantunya.

Jika Langit lemah, Starsa harus bagaimana?

"M-maaf, Sa. Maafin kakak. Kejadian ini begitu tiba-tiba, kakak merasa bersalah karena nyepelein masalah ini."

langit untuk starsa (End) Where stories live. Discover now