BAB 14

416 42 2
                                    

Time berusaha untuk membangunkan Langit, sahabatnya itu sedari tadi menangis dengan mata yang terpejam, tangannya sudah dingin wajahnya juga sudah penuh dengan air mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Time berusaha untuk membangunkan Langit, sahabatnya itu sedari tadi menangis dengan mata yang terpejam, tangannya sudah dingin wajahnya juga sudah penuh dengan air mata.

Kael yang merasa khawatir pun, akhirnya menelfon sahabatnya itu dan menyuruhnya untuk datang ke kantor Langit. Tapi ia sudah menunggu lebih dari 2 jam dan yang di tunggu juga belum menunjukkan batang hidungnya sama sekali.

Merasa khawatir karena Langit terus menerus bergumam dalam tidurnya dengan air mata yang terus menetes, akhirnya Kael memutuskan untuk membantu Time membangunkan Langit. Namun semenit kemudian akhirnya yang di tunggu pun datang.

Seseorang itu berlari sekuat tenaga untuk menghampiri mereka, setelah mendapat telfon dari Kael bahwa Langit tiba tiba saja menangis histeris dalam tidur nya. Membuat ia merasa khawatir.

Seseorang itu meletakan tangannya pada kening Langit. Perlahan mengusap kening berkeringat itu. "Kak, ini aku." Ucap seseorang itu mengusap keringat di pelipis Langit.

Time segera mengambil botol air yang tersimpan di atas meja. Ini adalah satu satunya cara yang bagus agar Langit bangun dari tidurnya.

"Mimpi buruk kayaknya deh, Sa." Beo Kael.

Time mengambil ancang ancang untuk mengguyur Langit, dengan botol berisi air putih. Walau ini terlihat sangat kejam, tapi ini adalah jalan satu satunya agar Langit bangun.

Starsa yang melihat itu segera menghentikan aksi Time, "Biar aku aja kak," Ucapnya mengambil botol yang berada di tangan Time.

Perlahan Starsa membasahi wajah Langit dengan usapan tangannya. Sesekali ia terus memanggil nama Langit.

"Kak Langit..." Panggil Starsa.

Dan perlahan, merasa usapan pada wajahnya. Mata Langit terbuka sedikit demi sedikit. Cahaya redup lampu menyilaukan pandangan nya. Ia sedikit menyipitkan matanya, melihat suasana sekitar.

Dengan nafas yang tak beraturan, serta sesenggukan akibat banyak menangis, Langit mencoba duduk dengan pandangan yang masih buram.

Ia membisu selama beberapa detik, setelah itu pandangan nya kembali normal.

Sedetik setelah itu ia kembali menangis, saat menatap manik mata hitam pekat yang berada di hadapannya. Tatapan yang amat ia rindukan.

"S-starsa!" Lirihnya sesenggukan, spontan memeluk tubuh Starsa erat.

Melihat itu Starsa yang masih bingung dengan situasi ini, mencoba untuk menenangkan Langit dan mengelus pelan punggung pria itu. Terlintas di benaknya, kenapa tiba tiba Langit seperti ini?

"Starsa, kamu gak akan pergi kan? Kamu disini kan? Kamu baik baik aja kan?" Tanya Langit tak henti henti.

Starsa Mengangguk. "Aku disini, kak." Jawab Starsa.

"Sa, jangan tinggalin kakak lagi, kakak takut___kakak takut kalo kamu tinggalin kakak sendirian Sa...." Rengek Langit dengan tubuh gemetar.

Melihat keadaan Langit yang seperti ini, membuat Starsa tersenyum. Entah mimpi buruk apa yang telah dimimpikan nya hingga kebahagiaan ini menghampiri nya.

langit untuk starsa (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang