BAB 21

280 32 0
                                    

Rain membuka matanya perlahan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rain membuka matanya perlahan. Cahaya temanan dari lampu tidur di atas nakas membuat keningnya menyerngit. Bisa ia rasakan sebuah kain lembab berada di keningnya. Mata pria itu melirik sebuah jam dinding di sudut ruangan. Pukul 12 malam.

Saat ini Rain berada di sebuah kamar apartemen milik Langit dan Starsa. Setelah kejadian tadi, tubuh Rain yang memang sudah lemas tiba tiba saja ambruk setelah mengatakan perkataan terakhirnya. Membuat Starsa yang berada di sana kebingungan karena Rain tak bisa melanjutkan perkataan nya.

Namun Starsa sebenarnya sudah tahu siapa yang telah membunuh kedua orang tuanya. Lebih tepatnya saat mereka berlibur bersama di pantai, saat itu tak sengaja ia bertemu dengan Marsel yang tengah duduk di atas batu karang sambil meneguk minuman nya.

Disana juga Marsel menceritakan tentang keluarga nya dari awal hingga akhir, dan menurut Marsel juga Starsa memang berhak tahu tentang hal itu. Dan alasan mengapa Starsa tak membenci Marsel adalah, karena Starsa juga merasakan bagaimana bingungnya ketika berada di posisi Marsel, satu sisi Marsel tak ingin memiliki keluarga seperti itu. Namun kenyataanya juga Marsel sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan kematian kedua orang tua Starsa.

Dan Marsel juga sudah berjanji akan menjebloskan kedua orang tuanya kepenjara setelah ia berhasil menemukan semua bukti. Tak lupa juga Marsel meminta bantuan pada Starsa agar Langit tahu tentang ini. Namun jangan biarkan kedua orang tua Langit tahu sebelum bukti yang kuat didapatkan.

Marsel terlihat tertidur dengan posisi duduk di kursi yang berada tepat di sebelah kasur Rain. Pandangan mata Rain turun ke tangannya yang terasa hangat. Tangannya ternyata sedang di genggam oleh tangan besar milik laki laki itu.

Rain berniat menarik tangannya, tapi gerakan kecilnya itu langsung membuat Marsel terjaga. Ia membuka matanya, pandangan keduanya pun bertemu. Keheningan mendominasi ruangan itu.

"Butuh sesuatu?" Tanya Marsel pelan dengan suara seraknya.

"Kenapa lo ada di sini?" Tanya Rain.

Seketika, perasaan sesak kembali menyapa Marsel. Tangan pria itu naik mengusap puncak kepala Rain. Namun, pria itu langsung menepis lengan Marsel yang berada di kepalanya.

Ketika melihat Rain hendak turun dari kasur, Marsel menahan lengan Rain. "Kamu mau kemana?"

"Gue mau kemana pun gak ada urusannya sama lo! Minggir!" Setelah itu ia pun langsung berjalan menuju pintu.

"Starsa," Panggil Rain lirih ketika melihat Starsa yang tengah duduk di atas sofa ruang tamu bersama Langit.

Rain segera berlari memeluk sahabatnya itu, apalagi ketika ia mengetahui keberadaan Kael yang tak jauh dari pandangannya. Tangisnya pecah saat itu juga.

"Starsa maaf," Ucap Rain lirih sambil memeluk sahabatnya.

Starsa tersenyum lirih, "kamu gak perlu minta maaf Rain, ini kan bukan salah kamu."

langit untuk starsa (End) Where stories live. Discover now