14. Time to Relax

247 49 1
                                    

⚠️: BEBERAPA CHAPTER CERITA INI SUDAH DI REVISI DENGAN SEBAIK MUNGKIN.

⚠️️: SEBELUMNYA, PENJELASAN MENGENAI TRIK DAN TEKNIK SKATEBOARD DISINI HANYA HASIL DARI PENGAMATAN. MOHON DIKOREKSI JIKA ADA KESALAHAN.

HAPPY READING
•••

"Makanan disini benar-benar enak!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Makanan disini benar-benar enak!"

(Name) menoleh. "Apa di penginapan kalian tidak ada makanan seperti ini?" tanyanya yang membuat Reki, dan Miya sontak menggeleng. (Name) yang melihatnya hanya terkekeh kecil.

Ekor matanya melirik sekitar sana. Ada seseorang yang tiba-tiba menghilang dari meja makan. "Di mana Langa?"

"Ke kamar mandi." sahut Miya.

(Name) hanya mengangguk. Kepalanya kembali teralihkan pada Shadow, yang mabuk dan berupaya untuk memeluk Joe dengan nada terharu dan tangisannya. Meja makan ini benar-benar ramai, walaupun hanya diisi oleh beberapa orang saja.

Mereka juga menyediakan alkohol, hingga membuat Shadow jadi mabuk seperti itu. Memeluk Joe dengan erat. (Name) hanya melihat mereka dengan terkekeh. Sudah beberapa gelas yang Pak tua itu minum.

"Apa enaknya minum alkohol." tanya Miya.

Reki menoleh. "Anak kecil takkan paham rasanya meminumnya." ucapnya berniat untuk mengambil segelas alkohol di depannya. Namun dengan cepat, Kaoru memukul tangannya menggunakan kipasnya.

"Anak dibawah umur, tidak diperbolehkan meminum alkohol." sahut (Name). Reki yang melihat, hanya menampilkan wajah datarnya.

(Name) menoleh, saat Langa membawa skateboard miliknya pada Reki. Ia masih mengenal skateboard milik Langa, yang membawanya menuju tempat ini. Matanya terfokus pada Reki yang memainkan tengahnya.

"Apa tengahnya tergeser?"

Reki mengangguk. "Jika seperti ini, akan sedikit sulit untuk menjaga keseimbangan. Aku melihatmu saat memainkan skateboard nya." ucapnya sembari memainkan bagian roda tengah skateboard milik Langa.

"Bagaimana bisa kau tau? Kau hebat, Reki." puji Langa. (Name) melirik kearah Reki, yang hanya menjawab dengan wajah yang muram. Sesuatu, mungkin terjadi diantara mereka.

"Itu sih, cuman hal yang biasa."

Matanya menatap papan skateboard yang ia pegang. Terlihat banyak gesekan di bagian sana. Bisa disimpulkan bahwa Langa, sudah ahli menjaga keseimbangannya. (Name) juga memperhatikan gesekan yang ada, semakin ia bertemu Langa, semakin berkembang laki-laki itu.

"Oh iya! Ku dengar kalau hari ini ada hari spesial!" seru (Name).

Semuanya sontak menoleh kearah (Name) yang terlihat bersemangat itu. "Kenapa?" tanya Reki.

"Soalnya, ada yang muncul." sahut Miya. Selain (Name), Miya juga ada saat ia diberitahukan oleh nona penyambut sebelum masuk ke dalam penginapan.

Suasana tiba-tiba menjadi gelap, dan sedikit dibuat menyeramkan. "Aku dengar dari Nona penyambut tadi. Katanya, hari ini hari spesial. Jadi kalau bisa jangan keluar setelah matahari terbenam." ucap Miya dengan nada-nada yang menyeramkan.

Reki menghembuskan nafasnya. Ia berdiri. "Iya-iya, tanpa perlu diberitahu aku juga tau." ucapnya yang kemudian keluar dari ruangan tempat makan.

Hal itu tentu membuat (Name) jadi melirik kearahnya. Setelah puas dengan makanan penutupnya, (Name) juga perlahan keluar dari tempat sana, mencoba untuk menghampiri Reki yang terlihat suram dari tadi.

"Aku ingin mengambil minuman." jawab (Name) saat Kaoru menanyakannya.

(Name) perlahan menghampiri Reki, yang terlihat menyendiri di depan mesin minuman. Matanya menatap datar tangannya yang dibalut oleh perban. Seolah-olah, menyalahkan dirinya sendiri.

"Padahal bukan waktunya untuk bersantai."

"Kurasa ini waktunya bersantai sebentar?"

Reki menoleh. Memperhatikan (Name) yang menghampiri mesin minuman yang sama dengannya. Sudah beberapa bulan ia menemui gadis ini. Dan belum pernah memahami seluk-beluk darinya.

(Name) mengambil minuman kaleng yang ia beli. Matanya menatap Reki yang juga menatapnya. "Untukmu mungkin hanya bersantai."

"Apa kau masih terpikir soal tanding dengan Adam?" Reki mengangguk ragu. Melirik salah satu lengannya yang diperban setelah tanding bersama Adam.

"Di depan ada Joe, ingin berbincang-bincang bersamanya mengenai triknya tadi siang?" tawar (Name).

Reki menoleh. Kemudian mengangguk penasaran. Setelah menunggu (Name) menghabiskan minumnya, keduanya berjalan beriringan menemui joe yang sedang berbincang dengan wanita di sini. Kebetulan sebelum kesini, (Name) menemuinya.

Joe menoleh, ketika wanita yang sedang berbincang dengannya undur diri setelah melihat kehadiran dua temannya.

"Kenapa kalian harus muncul, sih." lenguh Joe yang kehilangan teman bicara wanitanya.

(Name) tersenyum jengkel. "Kami memang ingin bertemu denganmu." balasnya.

Reki melangkah terlebih dahulu. Menghampiri Joe dengan raut wajah yang sedih. "Trik yang siang tadi kau lakukan, bisa ajarkan padaku?" tanya Reki. (Name) yang mendengar itu tersenyum tipis. Ia juga ingin mempelajari trik Joe siang tadi.

"Trik itu takkan mudah kalau hanya dilakukan dengan memutarkan tangan. Kuncinya itu berputar sambil dorong menggunakan kaki." jelas Joe.

(Name) menoleh. "Dorong menggunakan kaki?" tanyanya bersamaan dengan Reki.

"Aku mungkin tidak bisa berputar dengan kecepatan seperti itu tepat di turunan." (Name) mengangguk. Walaupun ia memang sudah menguasai skateboard, trik yang digunakkan Joe tadi sedikit susah untuknya dipelajari.

Joe tersenyum. "Sisanya hanya membutuhkan momentum yang tepat dan keberanian. Setiap trik skateboard pasti membutuhkan itu."

"Kalau ingin memakai trik Crazy Rock, setidaknya harus siap patah tulang dua kali." balas Joe yang membuat (Name) merinding kembali.

"Bagaimana? Ingin berhenti?" tanya Joe pada Reki. (Name) yang mendengarnya lantas menoleh pada mereka. Mungkin seharusnya ini adalah pembicaraan mereka berdua, mamun ia juga sepertinya penasaran.

Reki memegang lengannya yang diperban itu. "Akan kulakukan! Aku ingin menjadi semakin ahli. Aku tidak ingin tertinggal." balas Reki yang membuat (Name) tersenyum sangat puas. Inilah tujuannya menemui Reki. Ia tau, Reki sedang dalam proses terombang-ambing.

Joe lagi-lagi tersenyum. "Memang seharusnya penting. Hal semacam itu."

TBC.


halo, sayaa kembalii^•^

ETERNAL Where stories live. Discover now