Chapter 18

1.3K 169 12
                                    

(Name) terus melumpuhkan para alien itu sampai ia tak sadar bahwa ia sudah tiba di sebuah pintu besar. Tiba-tiba lantai yang dipijak nya bergetar dan lantai itu membawanya ke sebuah tempat yang kosong. Tempat yang mirip seperti arena pertempuran, namun tempat ini sangat tertutup. Bahkan jika lampu tempat itu tidak dihidupkan, mungkin akan sangat gelap gulita.

(Name) menatap waspada tempat itu, sampai seseorang masuk ke ruangan dengan wajah licik nya. (Name) mengenal wajah itu. Itu Abraham.

"Sudah lama tidak berjumpa, gadis kecil" sapa Abraham.

(Name) hanya diam, dia mengeluarkan sebilah belati. Namun, itu bukanlah sebilah belati biasa. Itu adalah belati yang baru ia ciptakan. Belati yang ia kembangkan dengan tenaga listrik.

Inilah maksud dari ucapan Kaizo. Bom listrik milik penjahat itu bisa berguna.

"Aku tidak akan memaafkan mu!" desis (Name).

"Hohoho...gadis kecil seperti mu ingin menantang ku? Kau tidak lebih dari semut kecil yang bisa diinjak-injak oleh ku" ujar Abraham sombong.

(Name) tidak menjawab, dia langsung maju dan berlari secepat angin dan mulai menyerang Abraham. Ia menyerang Abraham tanpa henti, dan bisa dibilang brutal.

Amarah sudah menguasai dirinya, amarah tentang kematian orang tua nya, kehancuran keluarga nya, Halilintar yang disiksa oleh Abraham dan segalanya. Sekarang yang ada di pikirannya hanyalah 'Ia harus membunuh Abraham'

Abraham sedikit kewalahan menghindari dan menahan serangan (Name), ia juga membalas namun pergerakan (Name) yang gesit membuat serangannya meleset.

Abraham pun menutup matanya, lalu dalam sekejap ia menghilang. Hal itu membuat (Name) berhenti dan mencari dimana keberadaan Abraham. Tiba-tiba sebuah jarum melesat menuju ke arah nya, untung saja ia sempat melihat dan menghindar.

Satu persatu jarum mulai melesat ke arah (Name), ia terus menghindar lalu setelah merasa Abraham hanya bermain-main dengan nya ia pun berteriak.

"Tunjukan dirimu! Jangan jadi pengecut, sialan!" teriak (Name) sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan.

(Name) pun memukul jarum-jarum yang melesat ke arahnya, sampai pada akhirnya salah satu jarum itu tertancap di lengannya. Jarum itu langsung mengeluarkan asap hitam dan membuat lengan (Name) terasa ngilu.

(Name) memegang lengannya sambil berusaha mencabut jarum itu. Namun jarum lain sudah melesat ke arahnya, membuatnya harus mengabaikan rasa sakit di lengannya.

(Name) terus berlari menghindari jarum-jarum tersebut. Sebuah jarum tertancap di kakinya lagi, membuat nya tersungkur.

(Name) terdesak, ia tidak bisa berlari disaat jarum-jarum itu melesat ke arahnya. Tiba-tiba sebuah bayangan muncul di depan (Name).

"Pelindung Energi!"

"Bagaimana kau bisa ada disini?" tanya (Name) kepada Kaizo.

Kaizo hanya tersenyum, dia berjongkok dan membantu (Name) mencabut jarum yang tertancap di lengan dan kakinya.

"Tenangkan dirimu, insting mu itu kuat. Harusnya kau bisa tahu dimana dia berada. Hanya saja amarah mu itu menghalangi kemampuan mu" ucapan Kaizo membuat (Name) tersadar.

Benar! Ia harus tenang agar dia bisa bertarung dengan benar!

(Name) mengangguk, Kaizo berdiri dan mengulurkan tangannya "Butuh bantuan?"

(Name) meraih tangannya dan berdiri, ia menutup matanya, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.

(Name) mendengar sesuatu, suara yang mengelilingi mereka. Suara itu sangat halus dan jika tidak didengar dengan seksama suara itu tidak akan terdengar.

SISTER : The Past (BoEl X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang