friends don't fuck (bonus)

5.5K 55 3
                                    

catatan:1

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

catatan:
1. latar waktu sebelum aries pacaran sama je. pertama kali marsel merasakan benih-benih cinta (cailah)
2. ditulis lewat sudut pandang marsel.
3. cukup aman dibaca minors.

Nggak ada persahabatan yang abadi di antara cowok dan cewek

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Nggak ada persahabatan yang abadi di antara cowok dan cewek. Katanya sih begitu. Kalau ditanya apakah gue sepaham dengan pernyataan barusan? Jawabannya... tergantung.

Iya, tergantung.

Kalau lo menanyakan itu pada gue bertahun-tahun lalu, gue bakalan jawab kalau gue nggak setuju. Sebab, sejak berteman dengan Ayi dari zaman seragam putih-merah, sampai mentas SMA, nggak pernah ada tuh drama baper sama sahabat sendiri. Kalau gue sih gitu. Nggak tau kalau Ayi gimana ya. Tapi dilihat dari sikap dia yang tetap sama dan nggak berubah barang sedikit pun, gue rasa dia juga nggak pernah punya rasa suka sama gue lebih dari rasa suka seorang teman. Jadi, waktu itu gue mikirnya, mungkin persahabatan yang abadi di antara cewek dan cowok itu memang ada. Gue dan Ayi contohnya.

Tapi kalau pertanyaan yang sama ditanyakan kepada Marsel Kaelinzano yang saat itu berstatus sebagai mahasiswa semester tiga, maka jawaban yang keluar bakalan berbeda. Iya, Marsel yang itu bakalan menjawab kalau dia setuju dengan ungkapan bahwa nggak ada persahabatan yang abadi di antara cowok dan cewek. At some point, salah satu pasti pernah baper dan punya perasaan yang nggak seharusnya dimiliki seorang teman. Seperti yang terjadi pada Marsel Kaelinzano—gue.

Pada semester ketiga gue sebagai mahasiswa, perasaan suka gue—yang jauh dari kata platonik—kepada Ayi dimulai.

***

I remember it clearly, as if it happened just yesterday. Waktu itu adalah masa-masa yang berat bagi gue, karena gue harus berpisah dengan seseorang yang sangat berarti buat gue. Berpisah yang nggak mungkin lagi buat bisa bertemu. Perpisahan yang berlangsung selamanya. Waktu itu, gue kehilangan Bunda untuk selama-lamanya.

Rasanya seperti ada yang mencabut paksa organ dalam gue dari tempatnya. Sakit. Banget. Kepergian Bunda adalah sesuatu yang terjadi tiba-tiba. Gue bahkan nggak diberi kesempatan untuk mempersiapkan diri buat menghadapi kehilangan. Yang gue tahu, Bunda sudah nggak ada lagi di dunia. Begitu aja. Tanpa aba-aba. Meninggalkan gue dan Ayah dalam duka yang seakan nggak ada habisnya. Terjebak dalam sakit yang nggak akan pernah ada obatnya.

Chained by DesiresWo Geschichten leben. Entdecke jetzt