teacher's pet (2/2)

4.3K 53 4
                                    

warning: harsh words

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

warning: harsh words. mature content. detailed sex scene. unprotected sex.

a/n: no one wants to know this, but i wrote the last few scenes of this chapter while listening to lah pat - rodeo AND tate mcrae - greedy (so i suggest you do the same) (idk what for but it feels nice, i assure you)

a/n: no one wants to know this, but i wrote the last few scenes of this chapter while listening to lah pat - rodeo AND tate mcrae - greedy (so i suggest you do the same) (idk what for but it feels nice, i assure you)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tapi soal yang aku mau bantu hilangin stress kamu." Ada jeda sebelum Lingga kembali menyambung. "Ada cara lain buat hilangin stress yang lebih ampuh daripada beli kalung Cartier."

"Hng? Apa?"

"Orgasme."

"..."

Balasan Lingga barusan cukup untuk membuat Eva membisu.

Eva paham apa yang Lingga maksud dengan menghilangkan stress lewat orgasme. Ketika mengalami orgasme, otak akan mengeluarkan berbagai macam hormon, salah satunya adalah hormon oksitosin. Hormon oksitosin atau yang juga dikenal sebagai hormon cinta ini dipercaya bisa membuat seseorang merasa rileks, hangat, optimis dan lebih percaya diri.

Selain itu, orgasme juga bisa membuat tidur jadi lebih nyenyak. Sesuatu yang sangat Eva butuhkan saat ini. Beberapa minggu ini-ah, tidak-lebih tepatnya sejak dia mulai mengerjakan tugas akhirnya, tidur dan nyenyak adalah dua kata yang tidak bisa digunakan untuk mendeskripsikan kualitas tidurnya dalam satu kalimat.

Hangat di pipinya adalah apa yang akhirnya membuat Eva tersentak. Buru-buru, dia menunduk dan mengintip ke balik piyama yang dia pakai. Tingkahnya itu membuat Lingga menaikkan sebelah alis.

"Kamu ngapain, Va?" Karena tidak tahan, akhirnya Lingga menyuarakan kebingungannya.

"Bentar, Mas, ini—oh." Eva berhenti menunduk, lantas menghembuskan napas lega. "Syukurlah."

"Apanya yang 'syukurlah'?"

"Barusan aku habis ngecek bulu ketek. Syukurlah masih belum numbuh lagi." Eva nyengir. "Ada untungnya juga kemarin lusa aku nyempetin shaving. Kayaknya udah ada feeling bakalan diajak melakukan yang enak-enak kali ya."

Chained by DesiresWhere stories live. Discover now