16: someone to lean on

1.7K 285 56
                                    

❀° ┄───────╮
Vote | Comment
╰───────┄ °❀

Previously part on aunty:

Anne. Mata Rochely terbelalak kala teringat nama
palsu yang sengaja ia berikan pada lelaki—2 tahun lalu di Amerika. Kegelisahan serta rasa takut menyelimutinya. Rochely pun menyenyahkan niat untuk mendaratkan bokongnya pada kursi restoran.

Rochely mengepalkan tangan erat, menatap lurus dengan pandangan penuh kilat. "Enyahlah! Korea Selatan adalah wilayahku, kau tidak akan bisa mengancamku disini."

"Tentu saja aku bisa," Jeffry berjalan menghampiri Rochely yang terus mengambil langkah mundur dengan teratur. Kemudian lelaki itu tersenyum miring, "aku masih menyimpan video panas kita di icloud ponselku."

Kemudian Jeffry berusaha meraih pergelangan tangan Rochely. Namun wanita itu berhasil menepisnya. "Aku tidak peduli, anggap saja kalau saat ini aku sudah mati dan kita tidak pernah bertemu."

"Begitu ya?" Jeffry menaikkan satu alisnya dengan menatap tajam Rochely sebelum melanjutkan,"maka kau harus siap menerima konsekuensinya, Love."

Rochely mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Nampak begitu sepi, seakan—tidak ada seorang pun di lantai tersebut. Kemana semua pengunjung dan karyawan hotel berada? Resepsionis yang tadi ia ajak bicara juga mendadak menghilang. Saat ini Rochely bagaikan terisolasi dari dunia luar, membuat bulir keringat dingin mulai mendatangi bagian anak rambut di kepalanya.

Jungkook...Tolong aku!!!

Teriak Rochely dalam hati—yang tentunya tidak akan didengar oleh Jungkook. Keponakannya itu tengah duduk di sofa lobi hotel; sibuk bermain gim. Kendati Jungkook seringkali mengaitkan netranya ke elevator, menanti kehadiran Rochely yang baru saja meninggalkannya selama 15 menit.

Tanpa menaruh ekspektasi tinggi; adanya seorang pangeran berkuda putih yang akan menolongnya. Rochely berpikir realistis, maka ia memilih untuk segera meninggalkan pria brengsek itu dengan berlari sekuat tenaga tanpa merespon ancaman Jeffry.

"Rochely, wait!" Jeffry mengejar Rochely dan dalam hitungan detik wanita itu berhasil tertangkap olehnya.

Memang tidak dapat dipungkiri jika kaum adam jauh lebih gesit dan kuat dari kaum hawa. Jeffry berhasil merengkuh perut Rochely dari belakang. Namun mendadak rahangnya mengeras ketika Rochely menusukkan sebuah hair pin di tangan cabul—yang tengah melingkar erat di pinggang rampingnya. Wanita itu tidak semerta-merta pasrah menerima kenyataan yang ada, ia terus melawan dengan meninju perut pria itu menggunakan kedua sikunya.

"Argh! Sialan!!" Jeffry melepaskan dekapannya dan mengusap lengannya yang terkena tusukan dari ujung hair pin nan tajam milik Rochely.

Sementara Rochely menggunakan kesempatan emas ini untuk berlari ke arah tangga darurat di ujung lorong. Terdengar suara ketukan heels Rochely menggema yang dapat memekakkan telinga bagi yang mendengarnya. Walaupun begitu, tidak ada seorang pun yang menolongnya.

"Sebaiknya jangan melawanku, Love. Kau tidak mengenalku," Jeffry tertawa keras setelah selesai mengelap darah yang mengalir keluar dari goresan luka di lengannya. Ia pun kembali menjejakkan kakinya; mengejar Rochely yang sudah menuruni tangga darurat, "aku bisa saja memperkosamu kapan pun aku mau."

Bulu kuduk yang ada di seluruh tubuh Rochely langsung berdiri. Ditambah dengan jantungnya yang harus bekerja lebih keras dari sebelumnya. Keringat dingin nan sebesar biji jagung pun kian menetes deras dari dahi hingga ke leher putihnya.

Tidak ingin sepatu heelsnya menjadi penghambat, ia mengambil beberapa detik untuk melepas dan menentengnya. Rochely turut mengangkat gaunnya hingga atas paha dengan matanya yang terbuka lebar, disertai deru napas tidak beraturan dari hidungnya. Berharap seluruh upayanya dalam melarikan diri dari pria brengsek itu tidak berakhir sia-sia.

AUNTYWhere stories live. Discover now