35: like a hurricane

938 152 22
                                    

❀° ┄───────╮
Vote | Comment
╰───────┄ °❀

Seorang asisten Joongki meneguk liurnya kepayahan, hingga terdengar deru napasnya nan berantakan akibat berlarian untuk menghampiri ruang rapat yang berisikan sanak keluarga Jeon selagi tengah sibuk berbincang.

"Permisi, Saya ingin menyampaikan berita duka." Wanita berusia 30an itu menjeda kalimatnya, sebelum kembali melontarkan, "Nona Rochely terjatuh dari balkon apartemennya."

Secepat kilat, sirat bahagia Jungkook—yang hubungan romantisnya baru saja direstui oleh klannya—sontak mengendur. Ia baru saja merasakan hunusan dari jutaan belati seolah menancapi dadanya dalam sekejap. Ditambah bulu romanya semakin menegang tatkala asisten Joongki menunjukkan beberapa foto di tempat kejadian perkara; kolam renang properti apartemen yang nampak seakan lautan darah.

Napas Jungkook kini mulai tersengal dengan jantungnya serasa akan meledak pada detik ini juga. Maka dengan satu tarikan napas, ia bertanya dengan lirih, "Siapa yang bertanggung jawab atas kejadian itu?"

"Kaki tangan dari Jeffry Jung," jawabnya dengan penuh kehati-hatian.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Jungkook langsung berderap pergi demi melihat kondisi kekasih hatinya. Cuaca dingin kian membuat raganya membeku, semilir angin turut mengacak isi hatinya manakala Jungkook keluar dari gedung JK electronics untuk masuk ke dalam kendaraan roda empat miliknya yang terparkir di depan gedung.

Si pria muda Jeon langsung menekan pedal mobilnya begitu cepat, membelah jalanan yang cukup padat hingga beberapa kali harus menekan klakson keras-keras. Saking gilanya, pada saat di perempatan lampu lalu lintas ia bahkan hampir menabrak pengendara lain, jika Jungkook tidak cepat menginjak rem.

Jungkook melirik ke arah jam Rolex hitam yang melingkar di tangan kiri, lalu memukul setir kemudi sambil menggeram penuh kemurkaan. Menerobos kendaraan roda empat lainnya ketika melintas jembatan Hangang dengan kecepatan maksimum. Pikiran pria muda Jeon itu begitu kalut, juga bercampur rasa takut akan kehilangan wanita yang dicintainya.

Setelah mengemudi dengan ugal-ugalan, kini mobilnya ia berhentikan secara sembarang di depan pintu masuk rumah sakit dan segera melempar kunci kendaraannya kepada petugas penjagaan untuk memarkirkannya. Beruntung keadaan rumah sakit saat ini sedang cukup sepi pengunjung, sehingga permintaannya dapat dikabulkan oleh petugas tersebut.

Aroma peralatan khas kedokteran pun kontan menyelam ke dalam penghidunya sewaktu ia berlarian di atas lantai rumah sakit. Pergulatan batin yang menyerang dirinya, membuat air mata tak henti-hentinya mengalir deras ke dua belah pipi.
Manik bambinya turut memburam sebab dipenuhi rintik-rintik kesedihannya yang begitu mendalam. Berhasil menghalangi pandangannya ke arah ruangan yang hendak ia tuju; ruangan operasi.

Setibanya di sana, Jungkook menemukan Marrie yang kerapkali mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Ibu dari Rochely yang kebetulan sejak beberapa bulan lalu menetap di Korea bersama Yoo tidak kalah terpukulnya dengan Jungkook tatkala mengetahui keadaan anak bungsunya kini berada di ambang kematian.

"B-bagaimana...keadaannya...?" Tanya Jungkook dengan terbata-bata.

Alice bangun dari duduknya untuk mendekati Jungkook. Wajahnya pun nampak tak kalah pilunya selagi ia menjawab, "Kemungkinan besar Rochely mengalami cedera otak berat karena ada pendarahan parah di kepalanya. Kondisinya memang tidak baik dan operasinya cukup sulit, tetapi para dokter berjanji akan berusaha sebaik mungkin."

AUNTYNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ