30: the night of drama

1K 157 36
                                    

❀° ┄───────╮
Vote | Comment
╰───────┄ °❀

Tidak terasa waktu setempat telah menunjukkan pukul 10 malam. Selaku tuan rumah, Rochely—yang selalu dibuntuti oleh Jungkook—mulai mengeluarkan sebucket es batu dengan beberapa botol alkohol tambahan yang ia letakkan di dalamnya.

Keenam tamunya duduk berpencar di ruang tengah. Beberapa diantaranya bersandar di sofa, sedangkan sisanya duduk di atas karpet dengan posisi melingkar mengitari meja penuh cemilan.

"Saatnya minum!" Seru Rochely. Mempersilakan para tamunya untuk menikmati berbagai minuman keras sebagai penutup dari acara pestanya.

Wanita Park itu membuka empat tutup botol alkohol sekaligus menggunakan bantuan alat pembuka. Sementara dua botol lainnya ia serahkan kepada Jimin dan Sooyoung yang mampu membukanya hanya memakai gigi.

"Bulan depan sepupu kalian ada yang menikah ya?" Tanya Taehyung kepada Jimin dan Rochely sebelum mengambil gelas yang ada di hadapannya. "Aku mendapatkan pekerjaan untuk mengisi acara pernikahan dari keluarga Park."

Sooyoung langsung menenggak cairan bening dari botol whisky. Ia mengangguk lebih awal dibandingkan yang lainnya. "Akulah yang akan menjadi pengantin wanitanya."

"Kau tidak tampak bahagia. Kenapa begitu?" Tanya Taehyung penasaran setelah whisky yang ia teguk telah berhasil melewati kerongkongannya.

Mendengar pertanyaan Taehyung kembali mengudara, membuat Sooyoung menghela napas kasar. "Aku lelah karena terlalu banyak menerima tuntutan dari orang tuaku. Seolah-olah menjadi cerdas, sukses dan kaya raya saja tidak cukup. Aku seringkali didesak untuk segera menikah, memiliki anak, harus bersikap keibuan, harus bisa segalanya, dan blablablah." Lalu ia berteriak, "Rasanya kepalaku ini ingin pecah."

Memang benar, seringkali rasanya mau sebaik apapun perilaku kita atau sekeras apapun kita berusaha, orang lain selalu saja membuat kita merasa tidak cukup. Sebanyak apapun prestasi seseorang, rasanya selalu saja dibuat merasa kurang oleh orang lain.

Rochely mengerti betul bagaimana perasaan Sooyoung, sehingga ia mengulurkan tangannya untuk mengelus jemari sepupu wanitanya itu agar dapat meredakan emosinya yang meledak.

"Begitulah kehidupan seorang wanita. Kita harus menjadi wanita karir, tapi juga harus bisa mengurus rumah dan seisinya. Sementara para pria, mereka tidak pernah dituntut untuk serba bisa seperti kita," ucap Rochely dengan santai, tanpa bermaksud sarkas kepada para pria yang ada disana.

"Setuju. Ditambah jika seorang wanita mengutarakan pendapatnya, maka kita akan dituduh sebagai tukang mengeluh!" Seru Hyeri sembari mengelus punggung Sooyoung dengan tilikan yang terbesit amarah di dalamnya.

"Aku iri denganmu, Rochely. Hidupmu sama sekali tidak ada beban, masalah, dan semuanya selalu saja berjalan dengan mulus. Serta yang terpenting, kau tidak pernah sekalipun dipaksa untuk menikah dengan pria yang sama sekali tidak kau cintai," lanjut Sooyoung dengan lirih. Wanita itu seketika meneteskan air mata kesedihannya tanpa segan. Bahkan saking sesak dan hebatnya rasa sakit di hati Sooyoung, ia sampai memukuli dadanya sendiri kuat-kuat.

Pada mulanya Jungkook hendak membela Rochely. Setidaknya ia ingin melontarkan fakta bahwa kehidupan setiap manusia itu tidak ada yang selalu berjalan dengan mulus. Setiap individu pasti akan dihadapkan oleh rintangannya masing-masing. Namun Jungkook mengurungkan niatnya sebab Sooyoung mendadak menangis penuh pilu.

AUNTYWhere stories live. Discover now