24: confessing

1.7K 204 36
                                    

❀° ┄───────╮
Vote | Comment
╰───────┄ °❀

Hampir selama lima belas menit Rochely menantikan kedatangan Jungkook yang akan membantu mengoleskan salep pada keintimannya yang lecet. Sejak tadi, wanita itu mengistirahatkan tubuh lelahnya di atas kasur empuk dengan buku sketsa milik Jungkook yang berada di genggaman tangannya.

Jemari lentik nan berpoles cat kuku berwarna hitam berulang kali membolak-balikkan setiap lembaran gambaran erotis ciptaan sang keponakan guna mengalihkan pikirannya sejenak dari urusan pekerjaan esok hari.

"Aunty..." Suara merdu Jungkook terdengar samar-samar dari balik pintu setelah pria itu mengetuk beberapa kali. "Aku izin masuk ya?"

"Sini masuk." Mendengar jawaban Rochely, Jungkook pun membuka pintu kamar sang bibi.

Oh shit! Jungkook mengutuk dalam hati begitu mendapati presensi Rochely yang hanya mengenakan kemeja putih transparan sepaha tanpa dihadiri bra serta celana dalam.

Terkejut? Pastinya. Jungkook bahkan bergeming, begitu terpana sampai matanya membulat dan bibirnya menganga selama beberapa detik di daun pintu, tatkala disuguhkan oleh pemandangan bukit kembar dengan kedua pucuknya nan tercetak jelas dari balik balutan kain transparan tersebut.

Ditambah setelah menilik lebih jauh, Jungkook menemukan beberapa bekas merah keunguan di sekitaran leher jenjang Rochely yang ia torehkan tadi malam. Sukses membuat isi kepalanya kacau di dalam sana.

"Koo, Kenapa tidak masuk?" Pertanyaan Rochely berhasil membuyarkan lamunan pria Jeon itu.

Jungkook pun mulai memberanikan diri untuk melangkah perlahan ke dalam kamar sang hawa. Namun sewaktu kakinya hampir sampai di ujung ranjang, Jungkook memutar kembali badannya demi mengunci pintu kamar. Untuk berjaga-jaga, barangkali pria muda itu akan lepas kendali.

Rochely yang melihat aksi sang keponakan hanya menggigit bibir bawahnya agar gelak tawa tidak keluar dari mulutnya. Sementara Jungkook menyeringai tipis kala netranya kembali mengekori sang hawa. "Aunty sedang menggodaku ya?"

Niat hati Rochely ingin mengelaknya, tetapi mendadak ia tidak dapat menahan kekehannya pada saat mendapati Jungkook yang terus menatapnya tanpa berkedip. "Iya. Aku sedang menggodamu. Kau tidak keberatan, 'kan?"

Rochely seakan berpura-pura tidak menyadari efek yang ia berikan di setiap sang adam melihatnya ketika tengah berpakaian layaknya kekurangan bahan seperti itu. Tidak dapat dipungkiri bahwa Jungkook merasa butuh sebuah tekad besar agar tidak mencabik-cabik kain transparan itu saat ia terus mengamatinya.

Sementara Jungkook menggendikkan bahunya sebelum ia duduk di pinggir kasur dekat Rochely terbaring sembari berdehem, berusaha mengalihkan pembicaraan. "Buku sketsa saktiku sudah benar-benar dihak milik olehmu ya?"

"Tentu saja," jawab Rochely. Kemudian ia menunjuk gambar; seorang pria tengah mengangkat sang wanita menggunakan kedua tangannya selagi melakukan penyatuan dalam posisi berdiri. Rochely lantas menarik satu sudut bibirnya dengan sorot gelap dari kedua manik hazelnya untuk mempertegas keinginannya. "Kita harus mencoba gaya ini, Koo."

Jungkook menganggukkan kepalanya dengan pipinya yang mengembang. "Sebelum mencobanya, keintiman aunty harus sembuh dulu. Aku tidak ingin lembah kesayanganku terinfeksi."

Bicara tentang infeksi, Rochely jadi mengingat alasan utamanya meminta Jungkook untuk datang ke kamarnya.

"Ooh iya, tolong pakaikan aku salep, Koo..." Rochely berusaha duduk—setengah berbaring—menyenderkan punggungnya ke kepala ranjang.

AUNTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang