Bagian dua : Na Xiaojun

439 53 7
                                    

Haloo
Happy Reading
***

"Yah." Panggilan lembut mengalihkan perhatian Yuta, dilihatnya sang anak sulung berdiri tepat dipintu belakang rumah yang menuju taman kecil untuk keluarganya nikmati.

Yuta mengangguk, mengisyaratkan untuk Xiaojun lebih mendekat kepadanya dan kembali memusatkan fokusnya pada koran yang ia baca.

Hening. Tak ada yang memulai pembicaraan, situasi seperti ini tidak pernah terjadi diantara ia dan sang ayah maupun anggota keluarga lainnya. Pun Yuta sebenarnya paham apa yang tengah dirasa sang sulung saat ini. Maka, ia mencoba untuk berpura-pura acuh sampai Xiaojun sendiri yang memulainya.

"Yah." Panggilnya sekali lagi, Yuta hanya berdehem merespon.

Lagi, suasana kembali dibuat hening. Xiaojun menggigit bibir bawahnya, perasaannya seakan saling beradu dalam benak. Untuk mengatakan dan untuk tidak dikatakan. Xiaojun memandang Yuta lamat.

Dari jarak sedekat ini dengan sang Ayah, membuat Xiaojun dapat melihat jelas wajah Yuta. Bagaimana garis rahang tegas itu tercetak pada wajahnya, kantung mata yang masih samar-samar terlihat setelah beberapa hari lalu harus lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Beberapa kerutan yang tercetak meski terlihat samar, dan bagaimana bahu kokoh itu siap menampung semua beban didunia untuk keempat anaknya dan juga kekasih hidupnya.

Pelupuk mata Xiaojun tiba-tiba memanas, teringat kembali bagaimana cerita Winwin tentang masa kecilnya. Saat dimana tangan kekar Ayahnya selalu siaga ketika ia belajar memulai berjalan, tentang bagaimana senyum bahagia tercetak sangat lebar saat pertama kali dirinya berhasil menyebut kata 'Ayah'.

Dan tentang dimana raut itu berubah sangat kacau saat Xiaojun jatuh sakit dengan demam tinggi dan membuatnya tak sadarkan diri. Semua tentang Yuta seakan terputar jelas dimemorynya.

Xiaojun terisak kecil, tak bisa menahan lebih lama lagi. Yuta yang mendengarnya langsung menoleh kepadanya. Menutup koran dengan acak dan menaruhnya sembarang. Setelahnya ia memfokuskan perhatian penuh pada sang anak.

"Hei Ge?" Tegurnya lembut, "Ayah disini, gapapa sayang." Lanjutnya, merengkuh Xiaojun dalam dekapannya. Dekapan hangat dari sang Ayah semakin membuat Xiaojun menangis.

Yuta mendekap erat, seakan tak membiarkan sang anak lepas darinya. Mengusap sayang kepalanya dan menepuk pelan pundaknya.

Tiga hari dari sekarang adalah hari pernikahan sulungnya, hari dimana ia akan melepas salah satu anaknya pertama kali. Hari dimana ia akan menyerahkan tanggung jawabnya pada Hendery dengan berat.

Ikatan antara dirinya dan sang anak sangat kuat, hingga tanpa Xioajun bicara Yuta mengerti apa yang dirasakan. Pun dirinya demikian, ada rasa tidak rela untuk melepaskan anak-anaknya.

"Yah, ma-af.." Xiaojun bergumam terbata.

"Husttt, gapapa. Lepasin semuanya, ayah disini sama kamu." Jeda, "Hari ini gaada yang akan ganggu kamu sama ayah. Hari ini milik kita berdua oke." Yuta menenangkan, kedua tangannya tak berhenti memberi efeksi pada sang anak agar merasa tenang.

"Ay—." Panggilan itu terputus saat sang empu melihat sang ayah dan sang kakak dalam posisi sendu, "—yah." Ia terdiam kemudian, menatap Yuta dan Xiaojun beberapa kali hingga mendapat kode dari sang ayah untuk meninggalkan mereka berdua.

Sang pelaku adalah anak ketiga dari Yuta, sebenarnya bisa dikatakan anak kedua juga karena ia lahir bersama dengan si kembar Renjun.

Jaemin mengangguk dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu berlalu pergi meninggalkan Ayah dan kakaknya. Masih merasa bingung dan menatap area luar hingga tanpa sengaja ia menyenggol Winwin yang membawa secangkir kopi yang ia yakini itu untuk Ayahnya.

Heroes : NaWhere stories live. Discover now