Bagian Tiga Belas : Na Jaemin

285 35 12
                                    

Haloo
Happy Reading
***

Hatinya berantakan, pikirannya sama saja. Sama-sama kacau, penampilannya pun saat ini terasa sangat menyedihkan. Satu yang bisa mendeskripsikan seoarang Na Jaemin saat ini adalah menyedihkan.

Ingin rasanya mengetuk pintu kamar Bunanya untuk sekedar dipeluk saat ia menangis dan butuh ketenangan. Hanya saja ia masih tau diri, yang menyebabkan semua masalah ini adalah dirinya sendiri. Bahkan ia tidak sanggup untuk melihat bagaimana berantakannya seorang Winwin.

Kakinya ia langkahkan menuju kamarnya setelah lama menatap pintu kamar kedua orangtuanya yang tertutup rapat tetapi masih terdengar isakan tangis dari sang Buna, dan suara menenangkan Renjun pada Bunanya.

Na Jaemin seperti kehilangan arah, melangkahpun terasa tak memiliki energi. Sempoyongan sekali, hingga ia berhasil memasuki kamarnya. Menutup pintunya dan menguncinya, tanpa satu orangpun tau apa yang akan Jaemin lakukan.

Satu yang mereka tidak sadari disini, posisi sang bungsu. Shotaro, ia merasa tubuhnya tak berpijak di bumi. Pikirannya seakan melayang. Melihat dan mendengar apa yang tetjadi pada keluarganya sekarang.

Ia bahkan menangis dalam diam di kamarnya. Ia takut, sangat takut keluarga hangatnya berantakan. Rasanya baru kemarin mereka berbahagia karena kehadiran Guanren yang di terima dengan baik di keluarganya. Lalu apa yang terjadi hari ini? Tuhan seperti sedang bermain dengan keluarganya.

Shotaro mengambil ponselnya, mendial seseorang. Seakan ingin mengadu apa yang sedang terjadi dengannya.

Suaranya bergetar saat membalas sapaan suara di seberang sana. Pun masih bergetar disertai isakan saat menceritakan titik permasalahanya. Tak lama ia menganggukkan kepalanya seakan menurut dengan apa yang diperintahkan seseorang di seberang sana.

***

Na Yuta sudah tidak tau lagi apa yang akan ia lakukan. Mobilnya seakan bergerak sendiri, ia tak tau harus menuju kemana. Ia biarkan tangannya saja yang mengatur pengemudi. Hingga ia berhenti dijalan yang cukup sepi.

Kedua tangannya mengepal, beberapa kali memukul pengemudinya berusaha melepaskan rasa kesal yang ia rasakan. Tak lama ponselnya berdering beberapa kali, selama itu juga ia abaikan.

Kepalanya penuh, rasa kecewa seakan memuncak dikepalanya. Kesal sekali rasanya, hingga air matanya menetes. Ia menangis, lepas sudah pertahanannya.

Yuta tidak pernah menyangka bahkan tidak pernah terpikirkan sedikitpun akan mengalami kejadian seperti ini. Rasa kesal yang besar itu bukan untuk putranya tapi untuk dirinya sendiri. Mengapa ia lalai, mengapa ia bisa membiarkannya terjadi.

Hingga ketukan pada jendela mobilnya menyadarkan Yuta. Ia mengahapus jejak air matanya, mencoba melihat dengan jelas siapa pengetuk mobilnya. Tidak tau saja, ia sedang di fase ingin membunuh seseorang.

Setelah ia memastikan dengan jelas siapa seseorang yang dengan iseng mengetuk jendela mobilnya, ia membukakan pintu mobil tersebut.

"Yut, gila lo?" Sapaan pertama yang ia dengan setelah orang tersebut masuk adalah demikian, Yuta tak merespon. Membiarkan orang di sampingnya itu mengatai apapun terhadapnya.

"Gue tau lo kecewa sama Jaemin, tapi lo juga harus mikirin anak lo yang lain, dan Winwin." Yuta masih terdiam, "Gue tau perasaan lo, kalau gue di posisi lo sekarang. Gue bisa lebih parah dari ini."

"Tapi, ini bukan Yuta yang gue kenal." Johny menatap Yuta lama, sedang yang di tatap masih terdiam dengan pandangan kosong ke depan.

"Lo bahkan ga nerima penjelasan dari anak lo sendiri. Yuta yang gue kenal bukan seperti itu."

Heroes : NaWhere stories live. Discover now