Bagian Empat : Na Renjun

342 45 13
                                    

Haloo
Happy Reading
***

Renjun menggigit bibir bawahnya, mengambil nafas dan menghembuskannya beberapa kali. Jika sudah begini, ia perlu berdiskusi dengan sang Ayah ataupun kembarannya. Pasalnya jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Sudah terlalu larut untuk bertukar pikiran dengan keduanya.

Saat merasa tak ada jalan keluar untuk apa yang sedang ia kerjakan, ia memutuskan meletakkan semuanya pada meja kerja. Berdiri dari kursi yang ia duduki sejak makan malam usai, melangkah menuju pintu kamarnya.

Bermaksud keluar dari kamar, mencari udara segar di halaman belakang. Yang selalu ia lakukan jika sudah tidak memiliki ide. Sama seperti sang Ayah, Yuta akan melakukan hal yang sama dengan Renjun entah pada pukul berapapun.

Renjun menuju dapur terlebih dahulu, menyeduh cokelat panas untuk menemaninya mencari udara segar. Kemudian berjalan lagi menuju halaman belakang. Ia mengernyit saat pintu belakang rumahnya terbuka sedikit.

Tidak mungkin sang Buna melupakan hal seperti mengunci pintu seperti ini, maka ia bergegas ingin tau siapa pelaku yang membiarkan pintu terbuka.

"Loh? Ayah?" Serunya kemudian, mendapati Yuta yang memejamkan matanya mencoba menikmati semilir angin malam.

Yuta membuka mata mendengar seruan Renjun. Melihat kearah sang anak yang cukup terkujut mendapati dirinya sambil membawa minuman hangat yang ia yakini itu sebuah cokelat jika dicium dari aromanya.

"Sini ko." Yuta menggeser duduknya, memberi tempat pada Renjun agar sang anak duduk disampingnya.

Renjun menuruti, meletakan tubuhnya disamping sang Ayah. Baru saja tadi ia berfikir untuk berdiskusi dengan sang Ayah, tapi melihat sang Ayah yang juga sepertinya sama seperti dirinya ia mengurungkan niat.

"Ayah kok belum tidur?"

"Masih belum ngantuk ini." Jeda, "Koko sendiri kenapa belum tidur?" Tanya Yuta balik.

Renjun meletakan cangkirnya, melihat kearah Yuta yang juga melihatnya menunggu jawaban dari sang anak. "Hmmm, masih ada sesuatu yang harus dikerjakan Yah."

"Lagi butuh inspirasi yaa." Goda Yuta, Renjun tersenyum menampilkan deretan giginya, "Kenapa ko? Sini bagi sama Ayah."

Renjun ragu, kemudian menggeleng, "Loh? Kenapa? Biasanya juga bilang ke Ayah."

"Bukan gitu Yah, takut nambah beban pikiran Ayah." Renjun mengambil cokelat hangatnya meyesapnya sedikit lalu kembali fokus pada Yuta, "Koko tau Ayah juga lagi butuh inspirasi kan?"

"Yaaa katauan deh." Renjun terkekeh.

"Mau koko bikinin cokelat panas Yah?"

Yuta menggeleng, "Gausah ko, pengennya sih kopi tapi nanti malah Ayah ga bisa tidur."

Renjun mengangguk saja, meminum kembali cokelatnya membiarkan hening menyelimuti. Hanya suara binatang kecil berisik yang menjadi latar mereka.

"Koko kalau ada sesuatu yang ganggu pikiran, bilang ke Ayah atau boleh sama Nana kalau memang belum mau ngomong sama Ayah." Yuta memecah hening, "Oh ya, kata Buna kamu lagi ada rencana ngajar untuk anak jalanan yang kurang mampu? Gimana perkembangannya?"

Heroes : NaWhere stories live. Discover now