Bagian Sepuluh : Na Renjun

313 43 13
                                    

Haloo
Happy Reading
***

Ruangan yang hanya diisi dua orang itu terasa sekali ketegangannya. Winwin dan Renjun bahkan belum kembali dari acara membuatkan minum untuk tamunya itu. Sedang Guanlin merasa tercekat dengan pertanyaan Yuta yang terlalu tiba-tiba.

Dan ingin memberi apresiasi untuk Hendery yang sudah bisa menaklukan Yuta pertama kali. Tenggorokannya terasa kering tiba-tiba, ingin meminta pada Renjun agar cepat kembali untuk menolongnya.

Ia berdehem, mencoba menetralkan suaranya. Berpikir sejenak jawaban apa yang akan ia berikan untuk Ayah sang kekasih yang saat ini menunggu jawabanya dengan tenang. Guanlin malah semakin merasa kepanasan pada dirinya.

"Untuk itu saya akan mengatakan jika saya belum siap om."

"Berarti perasaanmu main-main?"

Guanlin menggeleng, "Bukan, kalau yang satu itu sungguh tidak ada kata main-main. Hanya saja saya berpikir untuk sebuah pernikahan tidak hanya rasa yang dibutuhkan."

"Tapi kesiapan dari segala hal, untuk syarat pertama tentang perasaan mungkin saya memenuhi. Tetapi untuk yang lainnya masih saya persiapkan."

"Jika materi disini yang dimaksud saya belum sepenuhnya terkumpul. Saya juga tidak bisa melibatkan kedua orang tua saya dalam hal ini. Karena itu menyangkut kehidupan saya kedepannya. Untuk pernikahan bukan hanya diri saya yang saya pikirkan lagi, melainkan mungkin ada dua orang tiga orang bahkan lebih."

"Renjun dan anak-anak saya kelak."

Yuta tersenyum, merasa cukup puas dengan pemikiran Guanlin. Biasanya pemuda seperti Guanlin akan menggebu dan seolah tertantang jika menyangkut pernikahan. Dengan pembuktian jika dirinya yakin dan bisa menjadi kepala keluarga sehingga memutuskan dengan tergesah tentang pernikahan.

Tapi melihat Guanlin, Yuta akui pemikirannya cukup matang jika dilihat dari usianya. Bagaimana ia memikirkan dengan sangat terperinci mengenai pernikahannya kelak.

Yuta mengangguk, "Oke." Ucapnya kemudian bertepatan dengan Winwin dan Renjun yang membawa empat gelas beserta beberapa toples camilan untuk mereka nikmati sambil mengobrol.

Guanlin mengernyit tidak paham atas kata yang diucapkan Yuta padanya. Apa maksud dari 'oke' yang Yuta berikan itu. Tatapannya bertemu dengan Renjun, lalu ia mengendik seolah menjawab pertanyaan dari tatapan Renjun.

"Aduh maaf ya lama, pasti mas Guanlin sudah haus ini." Winwin berucap sambil menyodorkan gelas pada Guanlin.

"Telat banget Bun, kita udah ngobrol banyak tadi. Ayah sampai lapar ini."

Renjun membelak, apa yang sudah mereka berdua bicarakan? Kenapa tidak menunggunya kembali.

"Hmmm Ayah." Panggilnya kemudian, Yuta melihat kearahnya sambil berdehem.

"A-apa yang di obrolin sama teman koko?"

"Loh teman toh? Katanya pacar koko ini." Renjun kembali membelakan matanya, merutuki Guanlin dengan apa yang sudah pemuda itu lakukan.

"Ehh? Ehmmm." Renjun seakan kehabisan kata.

"Sudah ah, Ayah lapar ini. Bun, minta tolong siapkan makan ya." Winwin mengangguk, sedang Yuta berdiri dari duduknya ingin beranjak dari tempat.

Heroes : NaWhere stories live. Discover now