Bagian Delapan : Na twins

285 42 11
                                    

Haloo
Happy Reading
***

Jika sebelum ini Renjun yang menenangkan Jaemin, kali ini ia butuh ditenangkan oleh sang kakak. Menceritakan semua apa yang terjadi dari mulai masalahnya dengan sang kekasih sampai masalah yang terjadi pada Jaemin.

Sama, respon dari Xiaojun sama dengan dirinya. Berkali kali terkejut, hingga mengeluarkan air mata mendapati fakta yang terjadi pada adik-adiknya.

"Ge, tolong." Renjun berkata lirih, dengan air mata yang tak berhenti mengalir sejak ia menceritakan pada Xiaojun.

Xiaojun mengusap pipi Renjun halus, menghilangkan jejak air mata yang menetes. Pun dirinya tersenyum, "Ayah memang orang yang keras ko." Ucapnya kemudian.

"Ayah juga sangat rentan hatinya, masalah anak-anaknya adalah kelemahannya. Bicara sama Ayah ko, bilang apapun yang ada dipikiranmu. Ayah orang yang selalu siap dengan apapun untuk anak-anaknya."

Renjun mengangguk, mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan oleh kakaknya, "Bawa Guanlin dihadapan Ayah, lihat sejauh mana dia bisa menghadapi Ayah."

"Percayakan sepenuhnya pada kekasihmu, Ayah pasti bisa merasakan semua yang akan disampaikan Guanlin padanya. Sama halnya beliau juga bisa merasakan apa yang koko rasakan."

Perkataan Xiaojun mampu membuat hatinya kembali ringan, memang pada dasarnya ia hanya perlu dukungan dari orang sekitarnya.

"Masalah Nana," Xiaojun menjeda, "Itu urusannya dengan Ayah. Nana menceritakan padamu untuk berbagi, dia terlalu takut untuk menghadapi seorang diri. Dukung dia, saling menggenggam satu sama lain dikeadaan apapun. Dia saudara kembarmu, jelas koko paling tau apa yang di rasakan Nana kan?"

Renjun mengangguk, ia memeluk Xiaojun. Perasaannya seakan tenang saat ini, ia akan mengikuti saran dari kakaknya. Toh, apa yang diucapkan Xiaojun benar adanya.

Setelahnya pelukan keduanya terlepas, saling tersenyum memberi kekuatan. Xiaojun mengusak rambut Renjun, waktu terlalu cepat berlalu hingga adik-adik kecilnya tumbug dewasa dengan cepat seperti ini.

"Mau istirahat? Atau mau turun kebawah kumpul?" Tanya Xiaojun.

"Masih belum berani ketemu Ayah, apalagi matanya bengkak gini." Renjun menunjukkan kedua matanya, Xiaojun terkekeh.

"Yaudah kalau gitu, istirahat gih. Gege mau bantuin Buna siapin makan malam."

"Gege menginap kan?" Tanya Renjun, Xioajun mengangguk. Menimbulkan senyum diwajah Renjun.

Xiaojun berlalu, meninggalkan kamar Renjun setelah pamit. Menutup pintunya perlahan, dan menatap pintu kamar ujung lorong. Dia menghembusakan nafasnya, belum genap satu tahun dirinya meninggalkan rumah sudah ada kejadian yang tak terduga seperti ini. Keputusannya untuk ke rumah saat ini tepat adanya, Xiaojun bersyukur dalam hati.

Malamnya berlalu seperti biasa, meski ada raut-raut berbeda yang dapat Yuta rasakan pada anak kembarnya. Pun Yuta tak ingin terlalu mendesak untuk mereka berbagi kepadanya. Biar saja menunggu keduanya siap untuk menceritakan semuanya padanya. Ia selalu percaya pada anak-anaknya.

***

Surya menunjukan dirinya, membagi cahaya pada sela-sela selambu pada kamar Jaemin. Sang empu mengerjap merasa terganggu dari sinarnya. Jaemin bangkit dari tidurnya, meminum air putih yang sudah tersedia dan menuju wastafel untuk mencuci muka.

Heroes : Naحيث تعيش القصص. اكتشف الآن