Bagian Tujuh : Na twins

271 43 8
                                    

Haloo
Happy Reading
***

Hatinya mencelos mendapati Jaemin yang dengan sengaja menenggelamkan dirinya sendiri pada bathub. Ada getar yang ia rasa pada sekujur tubuhnya saat mengangkat tubuh dingin sang kembaran setelah mematikan kran yang terus mengalir.

Tubuhnya turut basah menggendong Jaemin menjauh dari kamar mandi. Menyambar handuk yang disediakan, ia menyampirkan handuk di sekujur tubuh Jaemin mencoba memberi kehangatan.

Renjun meniup kedua telapak tangannya menggosoknya kemudian mencoba menciptakan hangat pada telapak tangannya. Menempelkan pada kedua pipi Jaemin berharap sang kembaran bisa merasakan hangatnya.

"Please Tuhan please." Ucapnya lirih, Renjun mencoba memberi CPR. Berharap bisa membantu.

"Na, buka matanya, koko disini Na." Air matanya terbendung tak tertahan, kedua tangannya masih terus bergerak.

Air matanya sudah tak tertahan, bahunya bergetar saat usahanya tak membuahkan hasil. Kalau saja dia lebih cepat, kalau saja pada panggilan pertama saat tak mendapat jawaban ia langsung menghampiri. Ia mungkin tidak akan terlambat.

Renjun terisak, tangisnya semakin keras terdengar pilu. Pun pada pompaan terakhir yang ia berikan, Jaemin terbatuk. Mengeluarkan cairan yang sempat tertelan olehnya.

"Thanks God." Renjun mengucap syukur saat Jaemin tersadar. Membantunya mendudukan diri dan menepuk bahunya pelan.

Renjun mambawa Jaemin dalam pelukannya, menyalurkan kehangatan dan perasaan takutnya akan kehilangan. Ia melepaskan pelukan tersebut tak selang berapa lama.

"Bilang sama gue apa maksud dari tindakan lo hari ini Na Jaemin." Renjun berucap tegas, mencoba mengintimidasi.

Jaemin tak membalasnya, menundukan kepalanya dalam menahan isakan.

"Jawab Na!!" Ucapnya kembali.

Selanjutnya hanya terdengar isakan dari Jaemin. Renjun menutup matanya, merasa sakit mendengar isakan pilu dari Jaemin.

Jaemin memukuli dirinya kemudian, membuat Renjun panik akan apa yang dilakukan sang kembaran. Mencoba menahan kedua tangan Jaemin yang tak bisa tenang.

"NA JAEMIN STOP!!" Teriakan Renjun berhasil membuat kejut pada diri Jaemin, hingga tanpa sadar membuatnya melemah.

"Stop Na stop." Kali ini Renjun berkata lebih halus, "Kenapa hmm? Ada apa? Cerita sama koko. Ada koko disini."

Keduanya saling tatap, betapa menyedihkannya Jaemin saat itu, "Ko." Lirihnya, Renjun mengangguk.

"Iya? Kenapa? Koko disini." Jaemin menarik Renjun, membuat mereka saling peluk kembali.

Jaemin menenggelamkan wajahnya pada bahu Renjun, menyalurkan sesak yang ia rasakan. Pun, Renjun terdiam tangannya mengusap halus punggung Jaemin.

"Ko, Nana kotor." Pengakuan Jaemin terbata, Renjun masih terdiam mencoba mendengarkan apa yang akan disampaikan.

"Nana—." Jeda, "Ha—mil." Lanjutnya, berhasil menghentikan usapan Renjun pada punggungnya.

Jaemin semakin menenggelamkan dirinya. Meremas pakaian Renjun yang juga basah karena dirinya. Merasa tau bagaimana kecewanya Renjun akan dirinya.

Renjun melepas pelukan keduanya, memberi senyuman pada Jaemin tak merespon sama sekali dengan pernyataan Jaemin. Ia membantu sang kembaran berdiri memapahnya pada sofa kamar, membantu berganti pakaian kering.

Memindahkan Jaemin kemudian pada ranjang, menidurkannya perlahan. Memberi selimut sampai menutupi leher, Renjun terduduk disisinya diusapnya kepala Jaemin hingga menimbulkan kantuk.

"Ko," Jaemin melirih dengan mata terpejam, Renjun berdehem, "Jangan bilang Ayah ya, Nana takut Ayah kecewa."

Renjun tak menanggapi sekali lagi, ia terus mengelus surai Jaemin, mencoba memberi ketenangan. Entah apa yang harus ia lakukan sekarang dan bagaimana ia akan menghadapi kedua orangtuanya, terlebih lagi menghadapi Yuta.

***

"Kakak." Teriakan itu menggema diseluruh rumah. Teriakan riang Shotaro yang baru saja pulang bersama kedua orang tuanya.

"Adek yang sopan ah." Tegur Winwin, sedang Shotaro hanya terkekeh.

Shotaro kemudian berlari menaiki tangga, menuju kamar Jaemin bermaksud ingin pamer dengan apa yang sudah Ayahnya belikan untuknya. Kekanakan sekali, padahal dirinya dan sang kakak sudah sama-sama dewasa. Biar saja, itu memang sudah kebiasaan mereka.

"Loh." Shotaro berhenti saat mendapati Renjun yang keluar dari kamar Jaemin, "Koko kapan pulang?" Tanyanya kemudian.

Renjun tersenyum, "Belum lama." Shotaro mengangguk, dan mendapat usakan dari Renjun.

"Koko tanganya dingin banget, ini lagi kenapa bajunya basah?"

Lagi Renjun hanya tersenyum, "Anak kecil ga boleh kepo."

"Dih, udah gede ini akunya." Shotaro tak terima, "Bilangin Ayah ya." Ancamnya.

"Udah kamu tuh diem coba," jeda. "Ini kamu mau ngapain ke kamar Kakak? Ayah sama Buna mana?"

"Ada di bawah, suka suka aku dong. Kak Na kakak aku."

"Kak Na kembaran koko." Renjun menjulurkan lidah menggoda sang adik.

"AYAH, KOKO NAKAL." Adunya berteriak.

"Heh kamu nih, diem. Kakak lagi tidur nanti kebangun."

Shotaro reflek menutup mulutnya, "Tumben banget." Gumamnya.

"Udah sana, ngapain kek kamu. Jangan gangguin kak Na dulu."

"Iya iya, koko bawel." Protesnya, meninggalkan Renjun kembali sendiri.

Setelah kepergian sang adik, Renjun ikut beranjak. Melihat Jaemin sekali lagi lalu meninggalkannya untuk berganti pakaian.

Pikirannya kacau saat ini, belum selesai urusannya dengan sang kekasih. Sekarang sudah bertambah dengan masalah sang kembaran. Apa yang harus ia lakukan? Menyelesaikan urusannya terlebih dahulu? Ataukah membantu seseorang yang sudah beberbagi rahim dengannya.

Belum sempat ia sampai pada kamarnya, ia dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba berdiri dihadapannya. Renjun mendongak memastikan siapa yang menghalangi jalannya.

"Gege." Ucapnya lirih.

"Hai," Xiaojun menyapa dengan tersenyum, "Kenapa adik gege kok basah gini?"

Renjun tak memberi jawaban, ia dengan tanpa alasan memeluk sang kakak yang seolah menjadi penyelamat akan kegelisahanya.


**Kkeut**

Cerita si kembar ini mungkin akan jadi panjang banget nanti.

Terimakasih yang sudah mau baca❤️

Tbc.

Heroes : NaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt