15

15 9 2
                                    

Sepulang kuliah, Danica dan Hana mampir sejenak di cafe dekat kampusnya. Untuk sekedar mengobrol sejenak.

"Dan, aku boleh tanya sesuatu ?"tanya Hana memecah keheningan. Sejak tiba tadi, tidak ada obrolan diantara keduanya.

"Hm, kenapa ?"jawab Danica dingin.

"Kamu kenapa ga jadi nyoba daftar lagi ?"tanya Hana ragu.

"Aku gak maksa kamu jawab sih, kalo gamau jawab gapapa."lanjut Hana lagi.

Danica menghela nafasnya panjang. "Setelah dipikir - pikir lagi, kepikiran ekonomi, Na."

"Itu emang cita - cita aku banget. Tapi, aku pikir lagi ke depannya, biaya kuliah di kedokteran gak dikit. Belum lagi, kalo aku tes lagi dan keterima, aku ngulang dari 0 lagi. Sementara orang tua aku udah ngeluarin biaya cukup banyak juga buat kuliah aku selama ini. Sayang, Na. Sebenernya orang tua aku ga masalah kalau aku mau daftar lagi, tapi aku ga tega aja. Gapapa yang ini dijalanin aja dulu. Kalau nanti masih di kasih kesempatan dan ada rezeki sendiri, aku mau daftar setelah lulus aja."lanjut Danica.

Hana mengangguk pelan mendengar penjelasan Danica. Lalu keduanya kembali larut dalam keheningan.

Sesosok lelaki yang tidak asing bagi Danica, berhasil merebut perhatiannya.

"Na, itu mantan kamu ya ?"tanya Danica sambil menunjuk lelaki yang sedang duduk di bangku dekat pintu.

Hana menoleh ke arah yang ditunjuk Danica. "Emm, iya."

"Nggak nyapa ?"

"Biarin aja."

"Waktu libur semester kalian sempat keluar bareng nggak sih ? Yang di story instagram kamu."

"Iya tapi kan ngga berdua."

"Iya tau...masih satu circle kan ? Kenapa gak disapa aja ?"

Hana menggeleng pelan.

"Na, kamu udah move on kan ?"tanya Danica membuat Hana terkejut.

"Udah, lah."

Danica mengangguk pelan sambil meneguk kopinya.

"Kamu nggak percaya sama aku ?"lanjut Hana.

"Percaya kok."

"Terus kenapa masih tanya gitu ?"

"Putus kenapa, sih ?"tanya Danica lagi.

Hana melirik Danica tajam. "Emang kenapa, sih ?"

"Dia masih ada rasa loh ke kamu."

"Idih, sok tau. Kenal aja ngga."

"Aku sama dia sama - sama cowok loh, Na."

"Iya tau. Ga usah dikasih tau juga udah tau."

Danica mendengus kesal. "Tatapan mata dia ke kamu waktu itu beda, Na. Aku bisa ngerasain. Dia masih berharap bisa balikan sama kamu kali."

"Ya udah terus kenapa ? Aku udah punya kamu juga."ucap Hana ketus.

Danica yang merasa gemas saat melihat Hana mode jutek, hanya bisa tersenyum kecil dan mencubit pipinya gemas.

"Danica..."gerutu Hana saat Danica mulai mencubit pipinya gemas.

"Kamu nggak bisa manggil aku sayang sekali aja ?"

Hana menggeleng cepat.

"Kenapa ? Nggak sayang, ya ?'"

"Sayang."

"Iya, kenapa sayang ?"

"Ish, Danica..."gerutu Hana malu.

"Kok bisa ada orang selucu dan secantik kamu."

"Danica, stop saying that please."ucap Hana kesal.

"Dimana - mana cewek seneng loh kalau dipuji sama pacarnya."

"Tau ah, Danica ngeselin. Ayo pulang !"ucap Hana.

"Kok pulang, Na ?"

"Kamu ngeselin !"

"Iya iya ga lagi. Tunggu bentaran, lah."

Hana menggeleng cepat. Tangan nya menarik - narik lengan Danica agar mau bangkit dari kursinya.

Danica menghela nafas berat. "Pacarku kalo ngambek kayak anak kecil merengek minta mainan." Dengan penuh terpaksa ia berdiri dan menuruti ajakan Hana.

Saat hendak keluar, otomatis mereka melewati bangku Rama-mantan Hana. Mata Hana dan Rama bertemu sejenak. Dengan rasa canggung dan tangannya yang masih menarik lengan Danica, Hana tersenyum kecil ke arah Rama.

"Hei, duluan ya."ucap Hana lembut, diikuti anggukan kecil dan senyuman tipis dari Rama.

"Ekhm."deham Danica saat berada di area luar cafe.

"Ekhm."

"Apaan sih, kayak orang penyakitan aja."sarkas Hana.

"Jahat banget."

"Lagian ekhm ekhm mulu daritadi."

"Seret, Na. Kenapa sih sensi banget hari ini ?"

"Kamu nya yang ngeselin."

"Hm. Akhirnya nyapa juga kan ke Rama."

"Shut the fuck up."gerutu Hana.

"Salting ga nih...disenyumin balik ?"goda Danica.

"SALTING BANGET. PUAS ?"seru Hana.

"Ututu, ngambek parah nih bocil nya. Jangan salting beneran dong, cemburu nanti aku nya."

"Bodo amat."

"Nggak aku anterin pulang ya ? Aku mau nongki dulu sama Rama."

"Ya udah, tinggal pesen ojek online."ucap Hana sambil merogoh tas nya mencari ponsel.

Buru - buru tangan Danica mencegah agar Hana tidak memesan ojek online.

"Bercanda, Na...Astaga."

"Ya, udah buruan ayo pulang..."

"Kamu lagi kenapa deh ? Lagi tanggalnya ya ?"

"Banyak tanya, udah ayo."

Tanpa basa - basi lagi, Danica buru - buru menyalakan motornya. Sebelum bayi besarnya semakin marah dan memasang wajah lucifernya.

"Dah, istirahat ya Na. Biar gak marah - marah terus."ucap Danica.

"Hm."

"Balik dulu, dah."pamit Danica

"Hati - hati."

Baru saja Hana hendak memasuki kamarnya, ponselnya bergetar. Hana sedikit terkejut ketika melihat pesan yang muncul di notifikasinya.

Rama
gimana kabarnya Na ?








CUPID AMÓRWhere stories live. Discover now