seventh ✔️

490 91 4
                                    





Suara bel adalah suara yang bisa membangunkanku kali ini. Aku menguap pelan, mengucek mata.



"Kau sudah bangun? Kemarilah." Nezu-sensei merapihkan rambutku dengan jari jari kecilnya.


Aku masih setengah sadar, menunduk agar Nezu-sensei ngga kesusahan.













"Sudah, (Name)." Nezu-sensei melempar senyum.





Aku balas mengangguk.





"Anak kecil, kenapa kau menolak menggunakan quirk mu? Karena ibumu? Hahh, aku tidak habis fikir dengan anak-anak jaman sekarang." Endevour langsung menceletuk saat aku sudah sadar.







Aku meliriknya tajam. Sepertinya dia benar-benar menanyaiku pada ayah. "Kau tidak habis fikir karena kau belum pernah di posisi itu, Nomor Satu sialan." Jawabku kasar.





Ada hampir semua guru di ruang guru. Tentu saja.







All Might tidak termasuk, dia mulai kesulitan mempertahankan wujud berototnya.














"Jadi jangan coba-coba berfikiran hanya berdasar pada pendapatmu." Lanjutku, masih melempar tatapan maut pada orang itu.

Endevour juga ngga lantas menyerah dengan prinsipnya. "Kalian hanya tidak bersyukur." Ucapannya mencakup diriku dan anak bungsunya sendiri alias Todoroki Shoto.










Beneran deh.









"Kau sama menyebalkannya di Canon, pantas saja seluruh Tokyo membencimu di 'karya asli'." Ucapku tajam.

Suasana tiba-tiba terganti. Jika ucapan 'karya asli' sudah keluar dari mulutku, memang itu yang akan terjadi.

















Aku mengusak rambutku ke belakang. "Sebentar lagi kamp pelatihan kan? Aku ngga tau apa mereka beneran bakal dateng di timeline ini. Karena aku ogah menggunakan quirk milikku, aku percayakan semuanya pada kalian." Aku membungkuk, keluar dari ruang guru.









Lorong sudah sepenuhnya kosong. Langit juga sudah mulai jingga.

Aku akan menemui ayah nanti malam.






















"(Name)-chan."







Oh, itu Hawks.





Baiklah, kendaraan pulangku sudah di tentukan.













"Kemana saja kau?" Aku masih menyimpan emosi yang tersisa karna Endevour tadi, meluapkannya pada Hawks.







Pria itu tertawa kecil, menyejajari langkahku. "Mau pulang sekarang? Aku sudah mengambilkan tasmu." Ia menunjukkan benda persegi itu.









Aku mengangguk. "Ayo gendong aku."





Hawks dengan senang hati membuka jendela lorong, lantas membawaku terbang.























Setelah beberapa hari, terbang terasa sangat menyegarkan.



















Berbeda dengan biasanya, aku ngga menyingkirkan tekanan angin di lintasan Hawks, jadi dia hanya bisa terbang sesuai kecepatan aslinya di BNHA.















Akiyama (Name) - Bnha Alternative UniverseOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz