ekstra part 2

413 83 1
                                    

Tinggak prat3 gais..  .
Fyuhh
f(^ー^;







Dimana?





Semuanya gelap, dan aku merasakan air setinggi betis yang terasa dingin dan udara ringan di sekitar.


Apa aku lagi ada di rawa? Aku ngga bisa liat apa apa.


Kepalaku berfikir cepat. Terakhir aku berada di Yokohama, aku menang kan? All for One mati kan?





Lalu aku tidak ingat berapa lama waktu yang ku habiskan di dimensi pikiran. Setidaknya aku bisa merasakan bahwa aku sedang koma saat itu. Sekitar 1 tahun? Sepertinya lebih lama... jadi kira kira aku koma selama 2 tahun, bukan?


Lalu kenapa aku tiba tiba di tempat gelap ini?

Aku mati?!

Hohohoho, berarti tugasku selesai kan?

"Sayangnya iya."

Byur...

Brak...

"SIAPA ANJIR?!" Teriakku syok, jatuh di air.

Cahaya mulai masuk ke pandanganku, tapi wujud orang yang bicara tadi tidak nampak dalam pengelihatanku.

Siapa sih anjir?!

Aku bisa melihat sekarang, tapi apa ini? Kayaknya ruangan yang dindingnya di cat hitam saking ngga keliatan ujungnya.

Kayak pernah liat....











OH!!!

Tanjiro! Kimetsu no yaiba mugen train! Pernah nonton kan?! Yang isi jiwanya Tanjiro itu loh!

Kan kalo dia kayak lautan dangkal yang tenang gitu kan ya, sama langit cerah kayak surga gitu.

Nah, persis. PERSIS!!

Yang beda, hamparan air setinggi betisku ini warna hitam.

Pekat.

Bukan kayak air comberan, ini sama sekali ngga berbau dan itemnya ITEM BANGET!

Trus langitnya juga item, ngga keliatan ujungnya.

Huft...

Jadi ini dimensi jiwa punyaku?

"Betul, ini ruang jiwa kamu."

Aku menata napas, mengusak rambut ke belakang sambil beranjak duduk, berusaha ngga mikirin ini air apa.

"Siapa sih, jangan sok kenal sama gue lo." Balasku ketus.

Ia terkekeh. "Sayangnya saya tidak memiliki bentuk fisik seperti manusia. Anda tidak keberatan jika saya muncul dengan bentuk ilusi?"

Aku ngangguk cepet. Seenggaknya ada wujudnya.

Lalu cahaya meredup sebentar, kembali stabil saat sosok tranparan menyerupai elang muncul. Hewan elang itu punya filosofi sebagai pembawa pesan, kekuatan dan kebijaksanaan, itu yang ku tahu.

"Ah, di mana sopan santunku. Perkenalkan, aku adalah utusan yang akan membimbingmu." Elang transparan itu merentangkan sayap, seperti membungkuk.

Aku berdiri, membersihkan pakaian—pakaian yang baru ku sadari adalah dress pendek putih—dari air, membuat bekas hitam ada di sana.

"Namamu?" Aku menatapnya, bersedekap dada.

"Saya tidak memiliki nama karena saya hanya utusan. Tapi anda bisa memanggilku sesuka anda." Ia kembali menegakkan tubuh elangnya.


Akiyama (Name) - Bnha Alternative UniverseWhere stories live. Discover now