19 : Kecurigaan.

136 11 1
                                    

LIFE

****

HAPPY READING

Hermione dan Theo berjalan beriringan menuju Hogsmeade. Pakaian mereka tampak serasi. Sama sama menggunakan pakaian berwarna coklat. Hermione dengan rok nya, dan Theo dengan celana bahannya dan juga jas yang melekat dengan tubuhnya. Sangat cocok, sehingga membuatnya tampan.

Oh iya, sebelum Hermione pergi, sebenarnya Hermione sudah mengajak Ginny, Harry dan Ron tapi mereka bertiga bilang mereka sedang ingin berdiam diri Common room, padahal Theo yang sudah menyuruh mereka untuk tidak ikut. Sengaja, Theo hanya ingin berduaan dengan Hermione.

Sesampainya disana, mereka memasuki three broomstick, dan duduk disalah satu bangku disana, sementara Theo memesan 2 butterbeer untuknya dan untuk Hermione.

Setelah selesai, Theo membawa 2 butterbeer segar.

"Waaahh." seru Hermione menepuk nepukan kedua tangannya pelan, matanya berbinar melihat minuman kesukaannya datang.

"Untukmu, dan untukku." ucap Theo memberikan butterbeer kepada Hermione. Dia tak kalah semangat ketika melihat mata berbinar milik Hermione itu.

"Terima kasih Theo.." Ucap Hermione menerima butterbeer itu.

"Tak terasa 2 bulan lagi N.E.W.T akan dimulai, sampai mana persiapanmu Mione? " tanya Theo sambil meminum butterbeer miliknya.

"Kau bertanya padaku? Sungguh?" balas Hermione sedikit tertawa.

Theo menyadari hal itu. Ya, pertanyaan yang mendarat dengan salah jika orang itu adalah Hermione. Karna selama apapun N.E.W.T, Hermione pasti sudah menyiapkannya dari jauh jauh hari.

"Hahaha ya aku lupa, kau pasti sudah menyiapkan segalanya." balas Theo terkekeh pelan.

"Ya, kau sendiri bagaimana?" tanya Hermione meminum butterbeer miliknya yang meninggalkan noda putih disekitar bibirnya.

Seperti ada dorongan, jari Theo maju dan membersihkan noda itu yang membuat Hermione terkejut dan membeku.

"Ah sorry.." ucap Theo malu.

"Tidak masalah Theo, terima kasih." balas Hermione tak kalah malu.

"Aku.. Hmm.. Bagaimana ya, aku sudah menyiapkan semua catatan yang selalu kau bilang, dan kau tenang saja aku mencatat semuanya dengan rapi." ucap Theo tersenyum bangga.

"Wiih.. Bagus bagus, memang harus seperti itu jika kau tak mau mengulang tahun di ke sembilan. Cukup kita mengulang tahun di ke delapan saja." ucap Hermione sambil tertawa.

"Kau benar. Ohiya, setelah lulus, kau mau kemana? Menjadi Auror seperti Potter dan Weasley?" tanya Theo.

Hermione menggeleng dan tersenyum, "Aku menyihir kedua orang tua ku dengan mantra Obliviate saat sebelum perang." ucap Hermione pelan. Tatapannya fokus ke butterbeer yang ada didepannya.

"What? Ma--maksudmu?" tanya Theo tak percaya. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya karna terkejut.

Hermione tersenyum lagi dan mengangguk, kini dia seperti benar bener pasrah.

"Tapi, buat apa?" tanya Theo.

"Aku hanya tak ingin hal buruk terjadi kepada mereka. Apalagi mereka adalah muggle, kau tau sendiri aku ini muggleborn, dan keselamatan kedua orang tua ku itu sangat begitu penting. Jadi aku menghilangkan ingatan mereka dan mengirim mereka ke Australia." ucap Hermione mencoba tenang.

"Merlin Hermione, mengapa kau melakukan ini?" tanya Theo tak percaya. Ia tidak menyangka Hermione akan seberani ini.

"Aku hanya ingin mereka tenang Theo. Jika kemungkinan hal buruk terjadi, Voldemort yang menang, dan aku tewas saat perang itu setidaknya kedua orang tua ku tak akan merasa sedih dan kehilangan."

LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang