Bab 2

122K 11.3K 425
                                    

Almira bersidekap melihat Gisel dengan semangat membuka koper di depannya. Satu persatu oleh-oleh dikeluarkan dan ditata di atas meja. Ada bakpia, batik, daster, dan masih banyak lainnya

"Kamu kapan ke Jogja sih? Kok tau-tau udah pulang aja," tanya Almira keheranan.

Gisel menghentikan kegiatannya mengeluarkan oleh-oleh dari koper, kemudian tatapannya tertuju pada Almira. "Emang aku belum cerita ke kamu?"

Almira menggeleng.

Gisel menepuk keningnya pelan, lalu kembali melanjutkan mengeluarkan oleh-oleh dan menatanya di atas meja. Begitu selesai, ia bergabung bersama Almira, duduk di sofa panjang. "Dua hari lalu aku lagi gabut aja, terus mikir mau jalan-jalan."

"Dan kamu akhirnya beli tiket kereta ke Jogja?" tebak Almira.

Gisel tersenyum, lalu tak lama menganggukkan kepalanya. "Mau ngajak kamu, tapi aku ingat kalo kamu minggu ini lagi banyak tugas. Jadi yaudah, aku pergi sendiri aja."

Almira geleng-geleng kepala. Ia sudah tidak kaget lagi dengan kelakuan Gisel. Perempuan yang sudah berteman dengannya dari bangku SMP memang suka sekali berpegian mendadak. Entah itu di dalam negeri atau di luar negeri. Pekerjaan Gisel yang cukup fleksibel, membuat perempuan itu memiliki waktu luang yang cukup banyak untuk berpegian.

"Kamu pilih aja mau oleh-oleh yang mana." Tunjuk Gisel pada semua barang yang ada di atas meja. "Ada daster, bakpia, kain batik, pokoknya pilih aja yang kamu mau."

Almira memperhatikan satu persatu oleh-oleh yang dibawa oleh Gisel. Akhirnya ia mengambil bakpia dan satu set baju batik motif abstrak.

"Kenapa nggak ngambil daster?" tanya Gisel menahan senyum.

Almira memutar bola matanya malas. "Aku nggak suka pake daster. Berasa kayak mak-mak."

Gisel sontak menyemburkan tawanya. Paham betul bahwa Almira tidak suka memaksi daster. "Padahal motif daster jaman sekarang pada bagus-bagus."

Almira menggeleng-gelengkan kepalanya. "Enak pake kaos sama celana pendek."

"Aneh banget," cibir Gisel.

"Bayangin deh kalo tidur pake daster," ucap Almira menghadapkan tubuh ke Gisel. "Apa nggak kebuka-buka tuh daster kalo lagi tidur?"

Gisel mengerutkan keningnya. "Kalo kebuka emang kenapa?" tanyanya bingung. "Emang bakal ada yang lihat kalo daster yang dipake keangkat?"

"Risih tau!" seru Almira.

Gisel hanya terkekeh pelan. "Aku nginap ya. Soalnya besok pagi ada acara keluarga di hotel dekat sini."

"Besok pagi? Sekarang udah jam setengah dua pagi," ucap Almira mengingatkan.

Gisel tersenyum saat melihat jam digital di dekat TV. "Maksudnya hari ini jam sembilan," koreksinya.

"Ada acara apa besok?" tanya Almira sembari menggiring Gisel masuk ke kamar.

"Sepupuku mau lamaran."

"Oooo...."

"Aku nggak terlalu dekat sih sama sepupuku ini," ucap Gisel tiba-tiba. "Hmmm ... pada dasarnya aku nggak terlalu dekat sama sepupu dari keluarga Ayah. Semuanya nyebelin banget."

Almira tidur dengan posisi tubuh miring, menghadap ke Gisel. "Kebanyakan gitu nggak sih?" tanyanya. "Kalo dari keluarga Ayah biasanya kurang seru."

Gisel mengangguk setuju. "Sepupuku ini udah dp duluan. Tapi minta ada acara lamaran dan lainnya. Yaudah besok dibuatin acara lamarannya," beritahunya. "Aku sebenarnya nggak mau dateng, tapi Ibuku nyuruh dateng. Katanya nggak sopan nggak dateng di acara keluarga," tambahnya.

Knock, Knock! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang