Bab 13

84.4K 9.3K 119
                                    

Almira terbangun dengan kepala luar biasa pusing. Ia berlari ke arah kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya. Tidak hanya sekali ia memuntahkan isi perutnya, tapi berulang kali.

Beruntung tadi malam Almira bisa pulang dengan selamat. Meskipun ia menyetir dalam kondisi tidak terlalu sehat, tapi ia bisa sampai di apartemen dengan baik. Begitu sampai di apartemen ia memilih langsung tidur tanpa mengganti bajunya. Kepala dan perutnya sudah tidak bisa dikontrol. Hal terbaik yang bisa ia lakukan adalah tidur.

Ini semua memang tindakan bodoh yang dilakukan Almira. Dia mengkonsumsi kopi tanpa ada makanan masuk sebelumnya. Tidak hanya satu gelas yang ia minum, melainkan lima gelas. Padahal ia tidak pernah kuat kalau harus meminum kopi dengan rasa yang terlalu pekat.

Setelah Almira selesai mengeluarkan isi perutnya, ia berjalan ke arah laci untuk mengambil ponsel lamanya. Ponselnya hancur menghantam tembok karena ulahnya sendiri. Ia mulai memesan makanan untuk mengisi perutnya yang sudah meronta-ronta.

Sebelum menginjakkan kaki di cafe, Almira sempat membuka laptopnya dan mengirimkan pesan yang dikirim Safa pada Mamanya. Bukannya percaya, Mama justru menuduhnya mengedit itu dan bilang ia berniat memfitnah Kakaknya. Karena sudah terlalu lelah meyakinkan Mamanya, akhirnya Almira memilih memblokir semua kontak keluarganya tanpa terkecuali. Selama ini ia bisa hidup damai saat berada jauh dari keluarganya. Dengan memblokir semua kontak keluarganya, mungkin hidupnya akan jauh lebih tenang.

Saat hendak turun untuk mengambil pesanan makanannya, Almira kaget saat melihat ada kantong plastik yang tergantung di pintu apartemennya. Ia mengambil kantong plastik itu dan melihat isinya. Begitu di buka, ia menemukan beberapa obat seperti anti nyeri, demam dan obat maag. Tanpa sadar Almira mengulum senyum melihat apa yang ia dapatkan. Sudah pasti ini semua dari tetangga kakunya.

Kembali dari mengambil pesanannya di bawah, Almira bergegas masuk ke apartemennya. Ia membuka laptopnya dan mengerimkan pesan ke Radit.

Almira: Makasih ya Mas obatnya

Radit: Sama-sama

Membaca satu deret pesan itu membuat senyum Almira makin lebar. "Tuh kan, dugaanku benar. Obat ini pasti dari Mas Radit," gumamnya. "Kemarin kan cuma Ina sama Mas Radit doang yang ngelihatin aku kayak orang penyakitan."

Almira menarik napas panjang. "Kayaknya aku harus cari kerjaan tambahan lagi. Siapa tau Mama tega mau ngambil mobilku."

"Tapi aku harus kerja apa lagi?" tanya Almira kebingungan. "Masa aku harus cari murid baru. Bisa-bisa kepalaku puyeng bikin bahan ajar sama soal-soal buat mereka," keluhnya meletakkan kepalanya di meja.

"Ini semua gara-gara Kak Safa. Awas aja kalo ketemu, bakal aku jambak rambutnya sampe rontok!" seru Almira sembari mengepalkan tangannya kuat.

***

Pulang dari kampus, Almira menyempatkan mampir ke cafe untuk bertemu Ina. Begitu sampai di cafe, ternyata Ina belum bisa ditemui karena masih menyelesaikan pekerjaannya dulu. Selagi Almira menunggu jam istirahat Ina, ia membuka laptopnya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

Mata Almria mengitari ruangan. Jam segini tidak terlalu banyak pengunjung yang datang, karena sekarang sudah lewat dari jam makan siang.

Sekitar setengah jam menunggu, akhirnya tiba juga jam istirahat Ina. Saat ini Ina sudah duduk di hadapan Almira dengan sepiring burger dan satu gelas soda.

"Mbak udah sehat?" tanya Ina sebelum menggigit burgernya.

"Sudah." Almira mengangguk. Berkat obat yang diberikan oleh Radit, ia sudah merasa lebih baik.

Knock, Knock! (Completed)Where stories live. Discover now