Bab 25

85.6K 10.2K 384
                                    

Tak terasa hubungan Almira dengan Radit sudah memasuki bulan ketiga. Tidak banyak yang berubah dari Radit. Laki-laki itu masih irit dalam bicara. Kalapun Radit bisa menjawab pertanyaan Almira dengan kalimat yang panjang, itu karena paksaan dadi Almira. Meskipun irit dalam bicara, tapi tindakan Radit benar-benar menakjubkan. Selam ini Radit tidak hanya mengirimkan makanan untuknya, tapi juga beberapa kali laki-laki itu juga meluangkan waktunya untuk mengantar dan menjemputnya ke kampus. Tindakan-tindakan Radit yang seperti itu membuat Almira merasa diistimewakan.

Semenjak berpacaran dengan Radit, kehidupan Almira berpusat di kampus, apartemen dan cafe. Ia juga jarang bertemu teman-temannya. Bukan karena Radit melarangnya, karena memang temannya yang sibuk dengan urusan masing-masing. Devan yang sedang kasmaran, sering membagikan kebersamaan dengan Roy di story instagram khusus close friend. Gisel juga beberapa kali membuat story sedang berada di beberapa kota yang berbeda dalam jangka beberapa bulan saja.

Meski sudah tidak pernah bertemu dengan Devan dan Gisel, tapi komunilasi dengan mereka masih terjalin dengan baik. Beberapa kali Devan meneleponya saat siang hari. Berbeda dengan Gisel yang lebih sering melakukan panggilan video di malam hari.

Kali ini Almira menemani Radit mendatangi pameran porperti di mall. Dirinya yang tidak mengerti apapun soal properti, hanya mengikuti kemana kaki Radit melangkah. Karena banyaknya pengunjung di pameran properti ini, Almira sampai tidak berani menjauh dari Radit sedikitpun.

Radit meletakkan tangan Almira di lengannya. Kakinya bergerak ke beberapa booth untuk meminta brosur. Ia memang berencana membeli rumah dalam waktu dekat. Makanya ia mengajak Almira datang ke sini.

"Mas mau beli rumah?" tanya Almira dengan suara pelan.

Radit mengangguk. Setelah mendapatkan beberapa brosur dan mendengar penjelasan dari berbagai developer perumahan yang ia datangi, Radit langsung keluar dari area pameran menuju ke pilar besar. Di sana ia bersandar sambil memilah-milah brosur yang didapat.

"Kenapa Mas?"

Radit tidak menjawab. Ia hanya diam memperhatikan satu persatu brosur yang sudah dipegang. "Kamu suka yang mana?" tanyanya menatap Almira.

Almira mengernyit. "Kenapa nanya aku, Mas?" tanyanya balik.

Radit mengedikkan bahu. "Nanti kita obrolin lagi," sahutnya. "Mau makan?"

Mendengar kata makan, Almira langsung mengangguk semangat. Ia merangkul Radit dan membawa laki-laki itu ke restoran yang diinginkan.

"Mas mau makan apa?" tanya Almira sembari membuka buku menu yang ada di meja.

"Pilihin aja." Radit masih sibuk melihat borsur-brosur yang berjejer di atas meja.

Almira mengangguk. Ia mulai menyebutkan pesanannya dulu sebelum pesanan untuk Radit. Setelah kepergian pelayan, ia langsung memusatkan pandangannya ke Radit.

"Mas beneran mau beli rumah?" tanya Almira untuk yang kesekian kalinya.

"Iya."

"Buat apa?"

"Buat membangun masa depan."

Almira tertawa. "Udah ngebet banget ya, Mas?"

"Kan nunggu kamu."

Almira mengulum senyum. "Apartemen yang ditempati sekarang sewa atau beli?"

"Beli."

"Kenapa dulu nggak beli rumah?"

"Nggak kepikiran beli rumah."

"Aneh, padahal kan dulu juga sering gonta-ganti pacar."

"Belum pacaran," ralat Radit cepat. "Baru dekat aja."

Knock, Knock! (Completed)Where stories live. Discover now