Epilog

86.1K 7.1K 108
                                    

"Kamu habis ini masih mau kerja ya?" tanya seorang perempuan yang berambut pirang. "Aku tungguin aja deh nggak papa. Yang penting aku bisa dekat-dekat sama kamu terus."

"Hmmm...."

"Nanti setelah dari sini, boleh nggak nemenin aku jalan? Bentar aja kok nggak lama."

"Kamu sendiri aja."

"Kenapa?"

"Aku kerja sampe malem."

Mendengar jawaban itu, si perempuan sontak cemberut. Meski dengan bibir cemberut, ia menggandeng tangan laki-laki yang ada di sampingnya berjalan memasuki cafe.

Perempuan tadi menuju ke meja yang kosong dan langsung duduk di hadapan laki-laki tampan yang daritadi ia gandeng. "Kamu mau makan apa?"

"Apa aja."

Begitu pelayan datang menyerahkan buku menu, perempuan itu langsung membukanya dan melihat apa aja makanan atau minuman yang ada di dalam buku menu. Setelah selesai memesan untuk dirinya sendiri dan laki-laki di hadapannya, ia mengembalikan buku menu tadi ke pelayan.

"Aku nggak bisa lama."

"Kenapa sih?" tanya perempuan itu. "Padahal aku suka lho jalan sama kamu. Dari segi fisik kamu tuh tipeku banget, manly gitu. Walaupun dari segi kepribadian, aku nggak terlalu suka sama cowok yang cuek dan cenderung pendiam," cerocosnya tanpa henti. "Tapi nggak papa. Aku percaya bisa ngubah kamu lebih banyak omong. Katanya kalo sudah bertemu dengan pasangan yang tepat, ngobrol itu akan jadi lebih seru."

"Hmmm...."

Perempuan itu berusaha untuk tetap tersenyum meski ia sudah mulai kesal karena tanggapan laki-laki di hadapannya kurang responsif. Dan kekesalannya semakin memuncak saat ia mendapati laki-laki itu malah melihat ke arah lain. Saat ia mengikuti arah pandang laki-laki itu, ternyata laki-laki itu sedang mengamati seorang perempuan yang sedang duduk bersama dengan laki-laki. Sudah pasti pandangan laki-laki di hadapannya itu mengarah pada sepasang kekasih yang sedang asik bercengkrama.

"Aku kurang cantik ya sampe ngelihatin cewek lain?" tanya perempuan itu dengan bibir mencebik kesal.

Laki-laki yang menjadi lawan bicara itu adalah Radit. Ia kembali memfokuskan pandangannya ke perempuan di hadapannya. Seorang perempuan dengan nama Jingga, yang baru ia kenal beberapa hari yang lalu tanpa disengaja. Dan perempuan itu secara tiba-tiba mengajaknya untuk makan bersama. Sebenarnya bukan mengajak, lebih ke memaksanya untuk makan bersama.

"Kayaknya masih cantikan aku deh daripada dia," sahut Jingga masih dengan wajah kesal.

Radit tidak bisa melepaskan pandangannya dari seorang perempuan yang sedang duduk bersama seorang laki-laki tak jauh dari mejanya. Bukan karena ia tertarik dengan perempuan itu, melainkan ia merasa perempuan itu terus memandanginya sejak ia masuk ke dalam cafe. Perempuan yang tidak lain dan tidak bukan adalah tetangga apartemennya.

"Aku kesal banget. Kamu diajak ngomong malah nggak dengerin kayak gini."

Radit menghela napas lelah. "Maaf."

Setelah pertemuan hari itu dengan Jingga, ternyata perempuan itu memilih menjauh dan tidak menghubunginya lagi. Setiap dekat dengan seorang perempuan, selalu seperti itu. Tidak ada perempuan yang tahan di dekatnya. Hampir semua perempuan mengatakan bahwa dirinya terlalu cuek dan pasif ketika diajak mengobrol. Radit menerima karena memang begini dirinya.

Sampai akhirnya suatu keadaan membuat Radit malah semakin sering berinteraksi dengan tetangganya. Perempuan bernama Almira itu bisa dibilang sangat cerewet. Banyak hal yang ditanyakan, tapi anehnya Radit selalu menanggapi. Perempuan itu juga tidak pernah marah saat jawaban yang keluar dari mulut Radit terlalu singkat. Malah Almira semakin sering bertanya padanya.

Dan sekarang perempuan cerewet itu justru menjadi kekasihnya. Radit yang tidak terlalu banyak bicara, malah berpacaran dengan Almira yang banyak bicara. Mereka memang secara kepribadian cukup berbeda, tapi bisa saling melengkapi satu sama lain.

Perjalanan cinta mereka masih panjang. Ini semua baru awal dari semuanya. Bahkan restu dari orang tua Almira baru dikantongi meski harus melalui sedikit drama.

***

Sorry for typo and thankyou for reading❤

Author Note:
Seperti biasa, mau nanya pendapat kalian soal cerita ini dong? Bagus atau nggak? Gimana karakternya menurut kalian?

Maaf ya kalo cerita ini masih banyak kekurangan. Penulis cuma manusia biasa yang pasti bikin kesalahan. Wkwkwk...

Oh ya, buat yang belum tau, aku ada cerita baru judulnya Conquered Mr. Gay. Siapa tau sesuai sama selera bacaan kalian, jangan lupa mampir ya.

Blurb:
Runa Nafisah Keylani tidak bisa menolak keinginan Papanya saat diminta untuk menikah dengan seorang laki-laki bernama Devan Hangga Wismaya. Pernikahan ini menjadi syarat agar Papa Runa mau dioperasi untuk pengangkatan ginjal yang sebelah kiri.

Demi kesembuhan Papanya, satu-satunya orang tua yang masih Runa punya sampai sekarang, akhirnya ia rela bersedia menikah dengan laki-laki yang belum dikenal. Dengan berbekal keyakinan bahwa pilihan Papanya adalah yang terbaik, akhirnya Runa mau menerima perjodohan itu.

Saat menjalani pernikahan dengan Devan, ada satu kejanggalan yang dirasakan oleh Runa. Laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu terkesan jijik padanya. Bahkan Runa dan Devan tidak pernah sekalipun tidur di satu tempat tidur yang sama. Sampai akhirnya ia tahu, bahwa laki-laki yang menikah dengannya adalah penyuka sesama jenis.

Karena tidak mau mengecewakan Papanya, Runa berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan pernikahannya. Ia melakukan berbagai macam cara agar Devan mau menerimanya sebagai istri seutuhnya.

Knock, Knock! (Completed)Where stories live. Discover now