Bab 29

85.4K 11.2K 552
                                    

Suara ketukan yang cukup keras benar-benar mengganggu tidur nyenyak Almira. Karena ia tidak bisa mengabaikan ketukan itu, akhirnya dengan setengah kesal ia turun dari kasur. Ia menyeret langkah kakinya dengan malas menuju pintu depan. Sebelum membuka pintu apartemennya, ia membersihkan belek yang ada di sudut matanya. Setelah memastikan tidak ada belek yang tertinggal, barulah ia membuka pintu.

Seperti yang sudah Almira duga, sosok yang mengetuk pintu apartemennya adalah Radit. Satu-satunya sosok manusia yang lebih sering mengetuk pintunya, dibandingkan harus membunyikan bel. Karena kebiasaan Radit yang suka mengetuk pintu apartemennya, hal itu berdampak juga pada Almira yang jadi suka ikut mengetuk pintu apartemen Radit saat berkunjung ke apartemen laki-laki itu.

Dengan tatapan menyipit, Almira meneliti penampilan Radit yang kini berdiri di hadapannya.  Laki-laki itu memakai celana jeans bewarna hitam dengan atasan kemeja bewarna coklat. Penampilan Radit jauh berbeda dengan Almira yang hanya memakai piyama dengan rambut yang ikatannya sudah longgar.

"Kok bengong?"

"Mas mau kemana pagi-pagi kayak gini?" tanya Almira keheranan.

"Ini udah jam delapan."

Almira berdecak. Apa yang keluar dari mulut Radit, bukanlah jawaban yang dia inginkan. "Maksudku, pagi-pagi kayak gini Mas Radit mau ngajakin aku ke mana?"

"Malang."

Mendengar jawaban itu sontak membuat Almira tersenyum lebar. "Serius? Kita ke Malang? Nggak bohong kan?" tanyanya beruntun. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

"Nggak."

"Ngapain?"

"Biar kamu nggak sedih lagi."

Almira sedikit menyingkir dari pintu, dan menyuruh Radit untuk masuk ke apartemennya. "Aku mau mandi dulu. Mas Radit nunggu sebentar ya."

"Iya."

Apa yang dikatakan Almira tidak sepenuhnya benar. Sebentar menurut Almira, berbeda dengan sebentar yang ada di bayangan Radit. Perempuan itu menghabiskan waktu sekitar empat puluh menit untuk mandi dan keramas. Saat keluar dari kamar mandi, Almira masih harus mengeringkan rambutnya dulu baru ia lanjut memakai skincare dan makeup.

"Udah?" Radit melihat Almira sudah berjalan menghampirinya dengan penampilan yang lebih segar dari sebelumnya.

Almira mengangguk semangat. "Cantik nggak?"

Radit tidak langsung menjawab. Ia melihat Almira mengenakan blouse bewarna lime green yang memperlihatkan kedua bahunya yang mulus. Ada kerutan di bagian perut, membuat perut Almira sedikit terlihat. Bawahannya Almira mengenakan celana pendek setengah paha bewarna putih. Rambutnya dikuncir kuda dengan rapi.

"Cantik nggak, Mas?" tanya Almira lagi.

"Cantik."

Almira langsung tersenyum puas.

"Rambutnya diurai aja."

"Kenapa?"

"Buat nutup bahu."

Almira menuruti perkataan Radit. Ia membuka ikatan rambutnya dan membiarkan rambutnya terurai menutupi kedua bahunya yang terbuka. "Sudah?"

Radit mengangguk. Kemudian ia menggandeng Almira, berjalan keluar dari apartemen.

"Kita ke Malang mau ngapain, Mas? Jalan-jalan ya?" tanya Almira sembari memakai sabuk pengamannya.

"Ngecek progres renovasi cafe."

"Kok ngurus kerjaan sih, Mas?" Almira sontak cemberut mendengar jawaban Radit. Padahal ia berpikir akan diajak mengunjungi tempat wisata yang ada di Malang. "Katanya mau bikin aku nggak sedih."

Knock, Knock! (Completed)Where stories live. Discover now