Bab 11

84.8K 9.3K 346
                                    

"Aku perlu jelasin ke cewek tadi nggak?"

Radit menoleh. Di sebelahnya sudah duduk Maria, Kakak sepupunya yang kemarin malam datang untuk menginap.

"Aku perlu jelasin ke cewek tadi nggak?" tanya Maria lagi saat tidak mendapat jawaban dari Radit.

"Emang mau jelasin apa?"

Maria mengedikkan bahunya. "Siapa tau pacarmu salah paham gara-gara aku cuma pake bathrobe aja di apartemenmu."

"Nggak usah."

"Males banget kalo aku dikira pelakor, padahal aku udah punya suami," gerutu Maria dengan bibir cemberut.

"Dia bukan pacarku."

Maria menghadapkan tubuhnya ke arah Radit. "Yakin bukan pacar?" tanyanya yang langsung diangguki oleh Radit. "Dia kelihatan kaget banget lihat aku di sini."

"Oh ya?" Radit menaikkan sebelah alisnya.

Maria mengangguk. "Kamu juga kelihatan panik banget tadi waktu si cewek ngelihat aku cuma pake bathrobe doang," ucap Maria menahan senyum. "Kamu langsung keluar dan nutup pintu apartemen."

Radit berdeham. "Aku nutup pintunya gara-gara kamu cuma pake bathrobe aja. Emang nggak malu dilihat orang pake bathrobe aja?"

Maria tertawa kecil. "Aku pake bathrobe, bukan telanjang."

Radit diam tidak menanggapi. Meskipun menurut silsilah seluarga Maria adalah Kakak sepupunya, tapi mereka berada di usia yang sama, tiga puluh empat. Itulah yang menyebabkan Maria tidak mau dipanggil dengan sebutan Kak atau Mbak.

Maria yang tinggal di Malaysia bersama suaminya, memutuskan untuk berlibur ke Indonesia. Maria datang beberapa hari lebih awal, dan lusa suaminya akan menyusul. Untuk sementara waktu, Maria akan tinggal di apartemennya selagi menunggu kedatangan suaminya. Nanti setelah suaminya sampai di Surabaya, barulah mereka menuju ke kota tempat tinggal orang tua Maria, Kediri.

"Kamu beneran lagi nggak deket sama cewek?" tanya Maria dengan wajah serius. Ia sudah lama tidak mendengar kabar dari sepupunya yang kini ada di depan matanya. Diantara semua sepupunya, hanya Radit yang tidak pernah muncul di grup chat keluarga.

"Nggak."

"Nggak ada niatan buat nikah?"

Radit tidak langsung menjawab. "Ada, tapi emang belum nemu yang cocok."

Maria mendengus keras. "Itu karena kamu terlalu kaku jadi cowok."

"Yaudah, tinggal cari cewek yang mau aja."

Maria geleng-geleng kepala. "Kalo kayak gini terus, kapan mau nikah?"

"Kalo nggak Sabtu ya Minggu."

Harusnya jawaban seperti itu memicu gelak tawa siapapun yang mendengar. Tapi karena Radit mengatakan itu dengan wajah datar, tidak membuat jawaban tadi menjadi lucu.

"Kamu anak pertama lho," ucap Maria mengingatkan.

"Udah tau."

"Mau aku kenalin sama temen cewekku di Malaysia nggak?" tanya Maria menawari. "Dia cantik, tinggi, pokoknya kayak model deh. Dia kerja jadi pramugari," lanjutnya dengan antusias.

"Nggak mau." Singkat, padat dan sangat jelas.

Maria berdecam kesal. "Males banget ngobrol sama kamu. Nggak berubah-berubah dari dulu," keluhnya. "Kalo ada cewek yang tahan ngobrol sama kamu, kayaknya harus aku kasih penghargaan deh."

"Berlebihan."

Maria ingin sekali menjambak rambut sepupunya saking frustrasinya. "Aku mau ke rumah Tante aja deh. Kalo ngobrol sama kamu di sini, lama-lama aku bisa gila."

Knock, Knock! (Completed)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant