Bab 31

82K 10.3K 382
                                    

Almira menyerahkan secangkir cokelat hangat untuk Radit yang tengah duduk di sofa. Radit tidak langsung menerima cangkir yang diberikan oleh Almira. Sejenak ia menatap cangkir itu dengan sebelah alis terangkat. Ketika Almira memberitahukan apa isinya, barulah Radit menerimanya.

"Makasih," ucap Radit sembari menerima cangkir yang diberikan Almira. Ia meminum sedikit cokelat hangat itu, sebelum akhirnya cangkirnya ia letakkan di atas meja.

"Mas kok bisa ngomong panjang lebar di depan Mama sama Papaku?" tanya Almira dengan wajah heran.

"Maksudnya?" Radit balas bertanya karena tidak mengerti maksud dari pertanyaan Almira.

"Biasanya Mas Radit kalo ngomong suka irit, tapi kemarin ngomongnya panjang banget. Nggak kayak biasanya," ucap Almira menjelaskan. 

"Biar orang tuamu percaya."

"Mas beneran mau nikah sama aku?"

Radit langsung menoleh, menatap Almira dengan tajam.

Almira menundukkan kepala, memilin jemari yang ada di pangkuannya. "Mas lihat kan orang tuaku kelakuannya gimana?" tanyanya yang diangguki oleh Radit. "Aku takut aja Mas Radit jadi nggak nyaman sama mereka."

"Yang mau aku nikahin kamu, bukan mereka."

Almira mengangkat pandangannya. "Aku juga sebenarnya gak mau punya keluarga kayak gitu," gumamnya lirih. "Mungkin kalo nggak ada Kak Mona, kita nggak bakal dapat restu dari orang tuaku," lanjutnya.

"Mona Kakak pertamamu?"

Almira mengangguk. "Kak Mona itu cantik, pintar dan selalu berprestasi. Sebenarnya Kaka Safa juga nggak jauh beda sama Kak Mona. Yang paling beda tuh aku. Wajahku biasa aja dan aku nggak terlalu pintar. Makanya aku nggak dipandang istimewa sama Mama dan Papa."

"Kamu cantik."

Almira mendekatkan tubuhnya, merangkul lengan Radit. Kepalanya dengan nyaman menyandar di lengan laki-laki itu. "Bagi orang tuaku, aku kurang cantik kalo dibandingin Kak Mona sama Kak Safa," sahutnya. "Dan kurang pintar," lanjutnya lirih.

"Setiap anak itu beda."

"Kalo orang tuaku mikirnya, anak-anaknya harus cantik dan pintar semua. Kak Mona sama Kak Safa tuh selalu ranking tiga besar."

"Kamu?"

"Menurutku ranking-ku bagus kok. Masih lima besar."

Radit mengulum senyumnya. "Orang tuamu kurang bersyukur."

"Lagian aku udah biasa kok dibanding-bandingin. Udah makanan sehari-hari malah," sahut Almira santai. "Jadi ... udah nggak kaget lagi," lanjutnya.

"Nggak papa."

"Mas Radit nggak keberatan kan nanti ikut makan siang sama Kak Mona dan keluarganya?" tanya Almira memastikan. Ia tidak mau Radit merasa tidak nyaman harus ikut dengannya. Apalagi laki-laki itu tidak terlalu suka bertemu dengan orang baru.

"Nggak papa."

"Nanti aku kenalin ke suaminya Kak Mona, namanya Mas Ren. Mirip kok sama Mas Radit."

Radit menaikkan sebelah alisnya. "Mirip?"

"Sama-sama pendiam," jawab Almira terkekeh.

***

"Kalian kenal dimana sih?"

Almira yang akan menyendokkan tomyum ke dalam mulutnya, terhenti saat mendengar Mona melontarkan pertanyaan padanya. Ia mengurungkan niatnya untuk menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. "Di apartemen, Kak," jawabnya menatap Mona.

Knock, Knock! (Completed)Where stories live. Discover now