03.pukulan (lagi?)

59 4 0
                                    

"Hei sini kamu cepat!" Dean memanggil Luna, Luna mengangguk cepat seraya berjalan kearah Dean, Dean menjambak rambut Luna dengan kasar, Luna merintih kesakitan, apa salahnya?

Setelah itu Dean membuka sabuk pinggang yang ia pakai lalu memukul punggung Luna dengan sabuk itu, jangan tanyakan itu luna sudah menangis kesakitan dan memohon Dean agar melepaskannya. Kaera datang, bunda  Luna.

"Ayah udah dulu yah! kasian nanti mati anak itu kasian!" Sungguh Luna pikir ibunya akan menghentikan pergerakan ayahnya lalu memeluknya. Luna terlalu berharap, Kaera memeluknya saja tak pernah.
Dean tak mendenggar kan Kaera yang menyuruhnya untuk berhenti, sekarang ia sangat marah ia membenci Luna tandai itu.

"DASAR ANAK SIALAN! TAK PUNYA OTAK KAH ANDA?! SAYA HANYA MINTA NILAI YANG SEMPURNA BUKAN SEPERTI TADI! MAU TARUH DIMANA MUKA SAYA HAH! DASAR SAMPAH! GA BERGUNA!" Goresaan hati kini menambah lebih banyak, kata kata yang Dean keluarkan itu sangatlah membuat Luna sakit.
Mengejar nilai bukan juga segampang yang Dean kira kan? ia mendapat nilai sembilang puluh delapan, itu termasuk nilai maksimal kan?lantas mengapa Dean memukuli nya?apakah Dean sangat membenci nya? lantas mengapa melahirkan dirinya?dirinya juga tak mau dilahirkan kan? ibu yang berhenti sekolah karena menghamili dirinya dimasa SMA dengan sang ayah?! mengapa ia yang jadi imbas?.

Luna memasuki kamarnya, jujur sudah tak sanggup lagi air matanya sudah jatuh sedari tadi. Rambutnya yang rontok, ayahnya tak tahu kah? putri mu ini mempunyai penyakit, yang anda pun sebagai seorang ayah tak mengetahuinya, ayah apa yang bermain fisik dengan anak perempuan? ayah apa yang sering mengumpati anak perempuan?ayah apa yang selalu merendahkan anak perempuan nya? ayah Luna, siapa lagi? Sakit sekali ya.

"Capek..gue capek, kenapa? kenapa tuhan jahat sama luna? kenapa tuhan ga adil? apa itu cara tuhan tunjukin kasih sayang ke luna?" gadis rapuh itu memukuli dada nya yang terasa sangatlah sesak. Tuhan baginya malam ini terasa sangatlah sakit, bolehkah ia istirahat sebentar?

Gadis bermata coklat itu terdiam dalam isaknya, mungkin sudah terlalu lelah, gadis cantik itu sudah lelah mengejar kasih sayang orangtuanya, gadis manis sepertinya tak pantas mendapatkan itu, gadis itu sudah dimatikan dengan semua cara, pukulan, bentakan, cekikan, semua sudah dirasakan hanya menunggu matinya jiwa dan raganya. Apa ayah dan bundanya tak pernah perfikir bagaimana menjadi luna? cih sepertinnya tidak.

Luna hanya gadis rapuh yang dipaksa berdiri, Luna hanya gadis runtuh yang tak punya siapa siapa, Luna hanya gadis yang tak tahu harus kemana.

Luna membaringkan tubuhnya, berusaha memejamkan matanya, namun nihil tak bisa, bayang bayang sang ayah memukulinya kembali terekam diingatannya, seperti kaset rusak yang berusaha memperlihatkan apa isinya.

***
tbc..

woi ak yang buat ak yang nangis wkwk

feel nya dapet ga nihh??

see youu next chapter..

ayoo bantu votmen nyaàaa

FRAGIL (end)Where stories live. Discover now