04.Murid baru

43 1 0
                                    

Luna merenung dibangku paling pojok ia hanya duduk sendiri, karena tak ada yang mau duduk dan berteman dengannya kan? dikarenakan luka lebam dikaki hingga tangan, Luna selalu memakai switter nya sejak murid lain dan teman sekelas nya melihat jijik luka lebam ditanganya.

"Anak anak sekarang kita kedatangan murid baru, ayo nak masuk!" Luna menatap datar murid lelaki baru yang menatapnya lalu tersenyum, tipis sangat tipis.

"Nama gue Alvaro Barrgantara pindahan dari SMA angkasa" Singkat dan padat.

"Oke! silahkan duduk disebelah Aqela!" Mau tak mau Luna mengangkat tangannya. Varo tersenyum lalu berjalan kearah Luna. Luna berdecih malas.

Otak Luna memikirkan, mengapa anak baru ini bisa sekelas dengannya? pakaian anak lelaki ini benar benar tak sopan, baju tak dimasukan, dasi yang tak dipakai, mengapa bisa memasuki kelas unggul seperti ini?

"Gue bisa masuk kesini karena bokap gue pemilik sekolah ini" Seakan cenayang yang tahu pemikiran Luna saat ini.

"Lo luna ya?" Luna mengkerutkan keningnya, tahu dari mana nama panggilan nya.

"Lo tau darimana?"

Varo menggaruk tenggkuknya "ada deh".
Luna berdecak,bukan jawaban itu yang dinginkan.

***

Jam istirahat terdengar, Luna berjalan keluar kearah rooftop, ia memang jarang makan di kantin. Ia merentangkan tangannya dengan mata terpejam menikmati angin yang berhambur kewajah cantiknya.

"Haha pukulan ayah masih terasa sampai sekarang yah, ayah jahat.. tapi Luna sayang.."
Luna tertawa hambar, jujur rasa sakit batinya dan fisiknya masih terasa sampai detik ini.

"Topeng lo tebel ya lun" suara seorang lelaki, membuatnya menoleh kebelakang, ternyata Varo.

"Lo tau apa tentang gue?" tanya Luna.

"Gue tau segalanya tentang lo, gausa pura pura bahagia didepan semua orang lun..Lo terlalu sakit, gausah sok bahagia, gue tau seberapa rapuh lo" Alvaro mendekat kearahnya, lalu mengelus punggungnya. Lihat Luna terisak, memang apa yang dikatakan Varo benar benar ada nyatanya. Luna menggelengkan kepalanya, air matanya terus menerus jatuh.

"Gue gaboleh lemah..siapa yang ada disisi gue sekarang? siapa yang selalu ngingetin gue makan? ga ada selain nenek ro, ga ada" Seakan benar benar percaya apa yang diucapkan Alvaro bahwa dirinya benar benar mengetahui siapa Luna.

"Lo ada gue, sekarang detik ini! gue sahabat Lo Aqela Lunavizza dan Lo sahabat gue! gue janji bakal selalu ada buat lo Luna!" Varo memeluk Luna erat, Luna membalasnya karena yang ia butuhkan saat ini hanya pelukan.

***
Luna berjalan masuk kerumahnya, sepertinya bunda nya sedang tidak ada dirumah. Mungkin hanya Dean, ayahnya, yang mungkin sekarang sedang berada dirumah. Luna menghela nafasnya lalu melanjutkan langkahnnya.

"Baru pulang kamu?!" Dean menghampiri Luna yang sedang berdiri seraya menunduk.

"Luna ada kelas tambahan ayah tadi" Memang benar apa yang dikatakan Luna, ia ada belajar tambahan.

"Halah! kamu pasti bohongkan?! jawab anak sialan!!" Dean mencengkram pipi Luna dengan keras.

Luna meneteskan air matanya tak sanggup lagi ia dengan ayahnya ini.

"Sampai kapan ayah begini terus sama luna?" tanyanya lirih

Dean berdecih, lalu melepaskankan cengkramannya dari wajah Luna, lalu mengambil vas yang anak didekatnya.

prangg

Dean membanting vas itu tepat diwajah sang anak, Luna menanggis salah apa dirinya? Terlalu lelah dengan dunia sampai ia lupa caranya bahagia.

***
tbc..

haii guys aku seneng banget karena tiap hari readers ku makin nambah.. i hope you like it this story guys!

gimana?

feelnya dapat ga?

"Jika nanti semesta tak mengizinkanku tuk bahagia maka izinkan lah aku untuk membahagiakan seseorang" - Alvaro Barrgantara



FRAGIL (end)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora