07. taman

43 2 0
                                    

Ruangan bernuansa putih berbau obat, tercium dengan jelas diindra penciuman Luna. Hari ini jadwalnya untuk kembali kedokter, Luna juga sudah lelah untuk kembali kesini lagi namun disisi lain ia juga ingin sembuh dan menunjukan ke ayahnya kalau ia akan mendapatkan ranking 1.

Dokter Indah. Dokter yang selalu sabar dan bahkan sayang dengan Luna ia sudah menganggap Luna adalah anaknya. Luna menghela nafas lalu duduk dihadapan dokter Indah.

Dokter Indah menatap Luna dengan raut wajah resah, ia menghela nafas berkali kali.

"Luna, kamu gamau oprasi pengangkatan rahim aja?" Luna menggeleng keras. Ia tak akan mau.

"Luna gamau dok, Luna gamau hidup lebih panjang lagi"

"Luna! jangan bicara seperti itu sayang, inget omongan dokter ya! kamu pasti punya takdir yang mengejutkan oke? tuhan mau terbaik buat kamu, tuhan mau lihat siapa hambanya yang paling kuat, ya? jangan ngomong gitu dokter gasuka!" Dokter Indah bangun dari duduknya menghampiri Luna dan memeluknya erat.

"Aku dihidupkan cuma untuk ngejar nilai dok! bukan untuk bahagia" Luna meneteskan air matanya, Dokter Indah tahu semua yang terjadi dihidup Luna maka dari itu yang sangat menyayangi wanita rapuh itu.

"Sst! gausa ngomong yang ngaco Luna. Luna anak dokter okey? udah sst jangan nangis"

"Luna pulang ya dok! nanti ayah marah" Indah mengangguk ia mencium kening Luna lama lalu kembali mengangguk yanga artian agar Luna kembali bangkit.

Luna keluar dari ruangan Indah, ia berjalan menuju taman yang letaknya tak terlalu jauh dari rumah sakit. Ia melempar senyum kepada orang yang berlalu lalang, tak jarang ia menyapa anak kecil yang menurutnya menggemaskan.

Setelah sampai ia duduk disalah satu bangku yang ada ditaman itu lalu memejamkan matanya, sekedar menenangkan dirinya karena ia tahu nanti dirumahnya tak akan tenang seperti ini, suasananya akan gaduh.

"Hey ngapain disini?" Luna membuka mata lalu tersenyum tipis kala melihat seorang laki laki yang ia kenal, Alvaro lelaki itu yang menyapanya tadi.

"Nenangin diri aja, eh sini duduk!" Luna sedikit bergeser, Alvaro mengangguk lalu duduk disebelah Luna.

Selang beberapa menit Luna membuka obrolan, ada yang ia ingin sedikit bertanya kepada Alvaro.

"Al, lo tau semuanya tentang gue?" Alvaro mengangguk.

"Bahkan tanda lahir lo gue tau dimana letaknya" Alvaro menoleh kearah Luna lalu tersenyum tipis, ia melihat tangan Luna memegang kertas yang berlambang Rumah Sakit.

"Lo sakit?" Luna menggeleng lalu memasukan kertas itu kedalam tasnya.

"beneran?" Luna menggangguk.

"Gue ga sakit santai aja" Alvaro kembali mengangguk, ia menatap Luna dengan senyum tipis ia memperhatikan Luna yang sedang memejamkan mata, tetapi matanya terdiam pada satu objek. Rambut Luna. Ia memperhatikan rambut Luna sangatlah tipis bahkan kulit kepalanya terlihat.

Alvaro reflek memegang rambut Luna lalu ia mengacaknya gemas, Luna membuka matanya menatap sinis Alvaro lalu kembali memejamkan mata, Alvaro melihat tangannya yang terlihat banyak rambut Luna yang rontok.

"Al lo gamau beliin gue es krim?" Tanya Luna yang masih setia memejamkan matanya.

"Lo mau es krim? kenapa ga ngomong beb" Alvaro bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju tukang ice krim ditaman itu.

Luna membuka matanya lalu terkekeh melihat Alvaro sedang berbincang ria dengan penjual es krim.

Alvaro berjalan kearah Luna lalu kembali duduk.

"Es krim nya manis banget!" Alvaro menoleh kearah Luna yang tersenyum kearahnya.

"Iya yang makan orangnya manis sih mangkanya tambah manis" Luna terkekeh mendengar gombalan Alvaro.

"Eh Luna besok gue jemput sekolah ya" Luna mengerutkan keningnya lalu mengangguk. Alvaro terkekeh melihat wajah Luna yang dipenuhi es krim. Alvaro mengambil ponselnya lalu memotret Luna tanpa disadari.

Lalu ia memakan ice crime nya yang sudah mulai mencair.

***
tbc...

votmennya jangan lupaa yaaa!!

See you next chapter..
follow donk☝🏻🥺 aku tadi terawih dulu niatnya mau up ntr malem eh sekarang aja deh..

selamat menunaikan ibadah puasa gaiss bagi yang menunaikan🥶🙏

maapkeun hamba jika ada salahna yaaa
udaa ah see youuu

FRAGIL (end)Where stories live. Discover now