16. Perginya sang munafik

36 0 0
                                    

Alvaro menatap nanar tubuh kaku didepannya, ia menoleh kearah sangibunda yang sedang menangis.

"Tadi bunda kerumah Kaera Al, terus bunda liat ga ada yang keluar karena pintunya ga dikunci bunda masuk, waktu bunda panggil tante Kaera bunda keatas ada satu kamar yang kebuka Al bunda masuk dan nemuin Luna yang udah kaya gini" Jelas Sarah pada anaknya.

Alvaro menggendong tubuh kaku itu lalu menelpon Elmagra agar membawa mobil kerumah Luna. Ia hanya ingin memastikan bahwa gadisnya tak mungkin kenapa kenapa.

Mobil datang dan langsung menuju rumah sakit, Sarah menelpon Dean agar cepat kerumah sakit.

Setelah sampai Luna langsung ditanggani dengan cepat dengan Dr.Indah, tante dari Elmagra.

Elmagra hanya tersenyum sinis, tak yakin jika Luna akan selamat karena ia tahu riwayat penyakit gadis rapuh itu.

"Kenapa sih kak? ada apa?" Tanya Kaera dan Dean yang baru saja datang.

Plakk

Suara tamparan itu menjuru dikoridor rumah sakit, Sarah menampar sahabat gilanya itu.

"Kamu gila hah?! anak kamu kaera anak kamu!?" Bentaknya pada kedua manusia biadab ini.

Kaera dan Dean masih bingung dengan apa yang diucapkan. Sebenarnya ia akan mendatangi Kaera dan Dean seminggu lalu, waktu ia kembali ke Indonesia tetapi Liam ada urusan yang harus diurus dalam lima hari kedepan.

"Permisi keluarga ananda Aqela Lunavizza?" Salah satu suster keluar dari ruangan tersebut.

"Saya sus!" Jawab Kaera dan Dean bersamaan.

"Mari ikut keruangan kami pak bu" Ujar suster itu.

Mereka semua turut ikut keruangan Dokter Indah kecuali Elmagra yang tetap diluar ruangan.

Semua yang ada diruangan menatap Dokter Indah yang meneteskan air mata, Jantung mereka berdebar, Alvaro mengepal tanganya erat perasaannya membuat ia ingin marah pada semua yang terjadi.

"Apakah bapak dan ibu tahu penyakit yang diidap anak bapak dan ibu?" Dean dan Kaera menggeleng, Alvaro mematung sepertinya ia tidak mengetahui semua tentang gadisnya.

"Luna menggidap menyakit kanker rahim yang ia idap selama dua tahun pak bu! anak ibu dan bapak mungkin sudah lelah akan penyakit yang di idapnya selama setahun" Ujar dokter itu.

Dokter indah mengantarkan mereka kekamar jenazah yang membuat mereka semua lemas.

Semua terdiam membisu melihat tubuh kaku yang tertutup kain putih, Alvaro melangkahkan kaki nya ke hadapan Dean, ia menonjok lelaki yang kini sudah lemas. "INI YANG LO MAU KAN BANGSAT?! INI KAN?! HAH JAWAB ANJING!?!" Ujar nya dihadapan Kaera yang menangis menutup matanya.

Sarah menangis, Garren dan Liam sudah datang berbarengan. Liam menenangkan istrinya berniat untuk meredakan tangis wanita itu.

Sedangkan Garren? lelaki itu sudah menangis sedari awal mendengar kabar. "LO GATAU KAN?! SEBERAPA TAKUTNYA DIA SAMA LO?! DIA NERIMA BENTAKAN DAN CACIAN BAHKAN PERMAINAN FISIK LO BERDUA!!" Alvaro menarik nafasnya, air mata nya sudah tak bisa ia tahan.

"DIA SELALU NGADU KE GUE, DIA SELALU BILANG KEGUE KALO DIA UDAH CAPEK! DIA CAPEK! LO DENGER?! ANAK PEREMPUAN YANG SELALU LO BERLAKUIN LAYAKNYA ANJING!" Lanjutan Alvaro membuat hati Dean dan Kaera remuk berkeping keping, sebut saja mereka bangsat sekarang. Alvaro terjongkok lemas tak kuat gadisnya pergi disaat mimpinya belum tercapai, disini ia juga menyalahkan dirinya yang gagal menjaga Luna. "Balikin Luna. Gabisa kan? haha kalian emang pantas dikatai brengsek" Kini suara Liam terdengar. Kaera dan Dean hanya memeluk jenazah putrinya.

FRAGIL (end)Where stories live. Discover now