Prolog

542 97 92
                                    

Assalamu'alaikum .... (*' ˘ '*)

Hai, Boo

Play song: ATEEZ - Turbulence

Panggil aku Kak Xian, okay? Jangan Thor, Othor, Author, apalagi Mimin.

Nemu cerita ini di mana?

Azeeek, my first story! (≧◡≦)

Sebenarnya dulu aku pernah bikin cerita semacam gini. Tapi selalu aja berhenti di tengah jalan, karna alur ceritanya yang berantakan. Semoga untuk yang kali ini, gaada halangan apapun. Supaya aku bisa selesain sampe ending. AAMIIN!💕

Semangatin aku dengan komen antusias dan vote kalian, yaaa!

Btw, cerita ini bakal update dua kali seminggu. Kalo misalkan belum up juga, itu berarti lagi krisis kuota. :')

WARNING ⚠
CERITA INI DIBUMBUI BANYAK ADEGAN KEKERASAN SERTA UMPATAN/KATA-KATA KASAR. DIMOHON UNTUK JANGAN DITIRU. JIKA MERASA TIDAK NYAMAN, SILAKAN PERGI DARI LAPAK SAYA.

"Gugurin!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gugurin!"

PLAK!

Sontak sang cowok dihadiahi tamparan keras di pipinya, hingga ia tertoleh ke samping dengan sudut bibir yang mengeluarkan darah.

"BAJINGAN! GAK PUNYA OTAK LO, HA?" teriak seorang gadis dengan dada naik-turun. Amarahnya kini pecah dengan apa yang cowok itu lontarkan.

Lalu ia terkekeh sinis. "Ini anak lo anjing. Mulus banget lo, ya, ngomongnya," lanjutnya penuh penekanan sembari menunjuk tepat di dada sang cowok. Nama cewek itu, Aleia Akara Putri. Usia kini 20 tahun, seorang anak kampus.

Saddam Abidzar, usia sepantaran dengan gadis itu, status juga seorang mahasiswa. Ia menyeringai sembari mengusap sudut bibir yang lecet. Lalu mengikis jarak, refleks Aleia mundur selangkah.

"Lantas, maunya lo apa, ha? Tanggungjawab gitu sama anak haram yang ada di perut lo? Sorry, gue gak bakal bertanggungjawab sama hal yang sebenarnya gak pernah gue lakuin, paham?" tukasnya memutarbalikkan fakta.

Anak haram?

Gak pernah gue lakuin?

Fuck you, Bastard!

Tatapan Aleia berubah tajam, giginya mengerat dengan amarah yang meluap. Spontan ia menarik kerah kaos hitam yang dikenakan oleh Saddam. Hingga empunya, kini terpaksa bersitatap dengan sepasang mata coklat cerah penuh amarah itu.

"As long as you know, Bastard. Anak haram ini, anak yang gak lo anggep ini, ha-sil per-bua-tan lo wak-tu i-tu. Lo lupa sama perbuatan bejat yang udah lo lakuin sama gue, ha? Lo paksa gue, lo rusak gue, lo hancurin masa depan gue yang udah susah-payah gue rangkai! Dan dengan tanpa hatinya, lo bilang lo gak pernah ngelakuinnya? MANUSIA MACEM APA LO, HA?" Tanpa sadar, air matanya jatuh. Harusnya, harusnya ia jangan menangis. Seharusnya ... jangan mengingat kejadian yang membuat luka itu semakin menganga.

EraserWhere stories live. Discover now