05. Papa, Hujan dan Luka

159 38 30
                                    

Assalamu'alaikum ....

Hai, Boo ☁

Bacanya pelan-pelan, Maniesss. Tandai kalau ada typo, ya ✨

KAWAL TERUS RAIDER SAMPE TAMAT, LURR 🤟🏻

"Bayangin, kalo seandainya ada orang terdekat lo yang posisinya kayak Aleia, apa yang bakal lo rasain dan lakuin?"

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

"Bayangin, kalo seandainya ada orang terdekat lo yang posisinya kayak Aleia, apa yang bakal lo rasain dan lakuin?"

-Revan Iqsal Jayantara-

.

Waktu diputar mundur. Pada akhir bulan juli, sebelum awal oktober ini tiba dan sebelum insiden drop out itu. Aleia tengah bertengkar hebat dengan Mama. Perihalnya, karena seputar masalah tentang keberadaan Papa gadis itu. Aleia dan Araia tidak pernah tahu, seperti apa fisik serta perilaku seorang ayah seumur hidup mereka. Keduanya sudah terlahir dengan kondisi, tanpa kehadiran sosok yang si kembar itu panggil dengan sebutan 'Papa'.

"APA SUSAHNYA TINGGAL JAWAB, MA!" desak gadis itu dengan suara yang menggema di ruangan kerja mamanya.

BRAK!

Karina yang terbawa emosi, kontan menghempas begitu saja dokumen tebal itu ke lantai. Matanya menatap nyalang langsung ke sepasang netra coklat cerah milik sang anak.

"DIAM!"

Berusaha untuk tidak takut, Aleia memasang ekspresi datar yang jarang ia perlihatkan ketika di luar. "Mama cukup jawab beberapa pertanyaan sederhana dari aku ini, di mana Papa? Gimana keadaan Papa? Apa Papa baik-baik aja di luar sana?" sahutnya begitu tenang.

"PAPA KAMU UDAH MATI, UDAH DIKUBUR. PUAS?!"

Deg!

Menggeleng pelan, sepasang netra berhiaskan bulu mata lentik itu kini tampak berkaca-kaca. "G-gak mungkin ...."

Sepasang mata wanita itu semakin nyalang, giginya mengerat penuh amarah. "MAUNYA KAMU ITU APA, HA? SAYA UDAH KASIH TAU KEBERADAAN SAMA KONDISI PAPA KAMU SEKARANG KAYAK GIMANA!" bentak Karina kehilangan rasa sabarnya. Lalu melangkah cepat mendekati sang putri sulung.

Sepersekian detik kemudian―

Plak!

Tamparan kuat mendarat sempurna di pipi kiri Aleia, hingga empunya tertoleh ke samping. Dada wanita itu tampak naik-turun, perlahan tangannya mengepal erat. Sedangkan Aleia, gadis itu mengusap sudut bibirnya yang tampak lecet. Bersitatap dengan darah yang kini menempel di punggung tangan, kontan satu tetes air mata lolos begitu saja dari pelupuknya.

EraserDove le storie prendono vita. Scoprilo ora