Assalamu'alaikum ....
Hai, Boo! ☁
Play song; Morai - Renggut
Warning!
1. Untuk part kali ini, mungkin kalian harus siapin mental sama tisu. Soalnya bakalan ngandung dikiiit aja bawang sama emosi.
2. 4k words for this part. Semoga kalian gak eneg, ya, waktu bacanya. Wkwk.
"Ayah adalah panutan, pemimpin dan penanggungjawab keluarga. Ayah adalah cinta pertama putrinya. Dan Ayah adalah―pemberi luka terhebat untuk anak-anaknya."
-Zergan Arrashad Benazir-
.
Seorang cowok dengan jaket denim yang membalut kaos putihnya, mengendarai motor sport nuansa hitam dengan kecepatan tinggi. Membelah jalan raya dengan gemuruh dada tidak beraturan. Bercampur gelisah tentang kabar yang baru saja ia dengar. Dia Zergan, laki-laki dingin yang baru saja mendapat kabar buruk tentang keadaan orang tersayangnya.
Terburu-buru membuat waktu terasa singkat untuk sampai di tempat tujuan. Zergan melepas helm full-face dan menggantungnya pada handlebar motor. Lalu bergegas masuk ke bangunan tiga tingkat, sebuah tempat untuk melakukan les balet dari usia anak-anak hingga dewasa. Menaiki lift dengan tubuh yang bergerak―tidak tenang.
Ketika lift telah berhenti tepat pada lantai tiga, gegas ia keluar dan mencari sebuah ruangan di mana seseorang itu tengah diistirahatkan. Langkahnya terhenti, berusaha mengatur napas yang tidak beraturan. Lalu seorang wanita anggun berpakaian formal memegang bahu cowok itu.
"Nyari Elsa?" Zergan sudah tahu siapa pemilik suara ini. Cowok itu hanya mengangguk sebagai balasan.
Wanita itu tersenyum tipis, sudah biasa baginya mendapat respon cuek akan karakter Zergan yang dingin. "Dia di dalam. Kamu abangnya, 'kan, yang sering anter jemput dia? Saya sering liat kamu ke sini terus kamunya susah banget saya ajak ngobrol."
"Iya."
Menghela napas, berusaha tabah dengan respon Zergan yang teramat singkat. "Yasudah, temui dia di dalam. Dia baik-baik saja, kamu gak perlu khawatir. Maaf harus tiba-tiba ngasih kabar buruk ini ke kamu," balasnya merasa sedikit tidak enak hati.
"No problem and ... thanks," sahut Zergan singkat.
Melangkah masuk ke sebuah ruang istirahat yang terdapat enam bangsal di sana. Salah satunya diisi oleh gadis kecil yang tengah memeluk lutut, sorot mata cantiknya begitu sendu. Di tangan, ia genggam selembar tisu yang terdapat sedikit bercak noda darah. Pun gaun balet putih indahnya, kini ternodai oleh bercak-bercak kecil berwarna merah.
BẠN ĐANG ĐỌC
Eraser
Teen FictionAttention for readers tercintaahh 📢 Hai, Boo ☁ 1. Akan lebih baik kalau kalian follow akunku terlebih dulu sebelum membaca. So, kalian bakal dapet notif kapan update-nya ceritaku ini. 2. Supaya aku semangat buat lanjutin ceritanya, kasih komentar...