Adelita || 10

70 30 111
                                    

💭💭💭

Sepulangnya kakak-kakak senior yang selalu rame setiap datang dan berkumpul, aku kembali ke kamar setelah menutup pintu depan dan menguncinya karena sudah malam. Istirahat yang sekarang kubutuhkan, besok sudah mulai kembali dengan aktivitas kampus untuk mengurus Kartu Rencana Studi.

Kegiatan kemarin memang bertepatan dengan libur semester, jadi aku tidak perlu bingung untuk izin ke dosen yang mata kuliahnya tidak kuikuti. Tahun ini aku baru akan masuk semester empat, kemarin di kegiatan ternyata hanya aku yang benar-benar masih junior. Lainnya tentu saja dengan status palsu mereka, bahkan ada salah satu orang yang hanya jeda sehari dari waktu isrirahat sudah Yudisium. Padahal kemarin dengan percaya dirinya, aku sok akrab dan merasa setara dengannya.

Sebuah notifikasi hadir, aku baru saja akan menonaktifkan jaringan sebelum tidur tapi sepertinya yang satu ini jauh lebih menarik. Berbalas chat pribadi, ada juga chat grup yang sedang ramai entah mengangkat topik apa. Tiba-tiba panggilan grup membuat ponsel bergetar, aku melihat dulu siapa-siapa yang ada di sana dan saat menemukan satu perempuan yang dekat kemarin baru kuputuskan untuk mengangkatnya.

"Hei ... mana ini Adel?"

Suara perempuan yang paling calleda kata Syahib pertama mencariku, sesaat kemudian yang lain pun ikut menyahut.

"Oh Adel ini yang dari cabang Lumajang?"

"Iya, Kanda. Si diam-diam pemberani, selalu jadi pengawas ruangan."

"Lita, kemana ki?"

Logat terakhir menyambutku yang baru saja sibuk mencari jilbab, tidak menemukan yang cocok di cermin sampai akhirnya aku memilih untuk mengenakan atasan mukenah.

"Iyaa ... aku baru cari jilbab ini loh."

"Nah, 'kan. Baru muncul, sudah ditunggu-tunggu, nih."

Aku hanya tersenyum, tidak seperti satu gadis lain yang begitu akrab dengan mereka. Syahib menatap layar, aku tidak mau terlalu percaya diri karena panggilan grup tentu saja fokusnya bukan hanya aku.

"Apa kabar, Adek?"

"Heh, Adek? Adel apa Adek namanya?"

Aku tersenyum. "Adelita, Kanda. Cuma bunda Mariyati saja yang panggil adek, soalnya aku anak bunda."

"Oh, Adel salam kenal, ya."

"Iya, salam kenal juga kak Dirham."

"Eh? Dari mana tahu namaku, nih?"

"Lita kenal semua ji, dia hafal nama tapi nda bisa ii akrab kayak lainnya."

"Lita? Katanya Adel, kok ada Lita lagi?"

"Kah namanya Adelita, toh. Jadi belakangnya mi kuambil."

Obrolan ini cukup menyenangkan, meski selama di forum aku banyak segan ternyata mereka tidak mengharapkan seperti itu. Ada Syahib, Mariyati, Dirham dan Agiel yang semuanya kupanggil kakak padahal mungkin ada yang seumuran. Syahib? Oh, mungkin hanya dia yang berani kupanggil nama dari sekian banyak orang.

Panggilan video itu berlangsung hampir satu jam, setelah mengundang kak Yusuf dari cabang Parepare yang baru saja Yudisium untuk diucapkan selamat. Menghubungi kak Ajman yang juga selesai sidang skripsi di salah satu kampus Bone, mereka secara tidak langsung mengajakku berkenalan dengan beberapa teman yang saat di forum kemarin hanya bertegur sapa seadanya.

Chat dari Syahib muncul, sepertinya dia mengirim gambar dan saat kubuka ternyata dia sempat menangkap foto saat panggilan grup berlangsung. Lucunya hanya gambarku yang dia perjelas, ditambah beberapa emoticon dan coretannya yang seperti sengaja ingin meledek.

Hukum dalam RasaWhere stories live. Discover now