| 12 : Tersesat |

259 24 6
                                    

"Yeayy sampe" Heboh kelompok Neo yang hadir paling akhir.

"Loh kok kelompok kalian cuman 7 orang? Bukannya masing-masing 9?" Tanya salah satu pasukan tentara tersebut yang sudah membariskan satu angkatan.

Neo mengecek setiap siswa dalam kelompoknya, menyadari Ohm dan Perth tidak ada disana.

"Ohm sama Perth nggak ada pak" Ucap Neo.

"Waduh gimana sih kalian, yaudah ayo semuanya kita cari mereka, sebelum hari semakin gelap" Ajak pasukan tersebut. Kemudian seluruh angkatan mencari keberadaan Ohm dan Perth.

......

"Huahh Paus ini gimana? Hari udah makin gelap" Rengek Perth.

"Tenang, kita bakalan selamat kok" Ucap Ohm.

"Liat Paus, ini dah jam setengah enam" Ucap Perth yang menunjukkan jam tangannya.

"Gue bawa senter kok Perth, tenang aja" Ucap Ohm yang menunjukkan senternya.

"Yaudah ayo kita jalan lagi" Ajak Perth.

Ohm dan Perth berjalan entah kemana, menyusuri setiap hutan yang dirasa sama saja tidak ada bedanya. 

.......

Haripun semakin gelap, kini senternya Ohm yang berguna untuk penglihatan mereka berdua.

"Paus... Ini gimana? Kita tersesat" Panik Perth yang mulai mengeluarkan air matanya.

"Tenang Perth, kita cari jalan keluarnya ya" Ucap Ohm.

"Gue cape paus, dari tadi kita jalan terus tapi nggak ketemu-ketemu jalan keluarnya" Ucap Perth dengan isakannya. Sekarang dirinya menangis panik.

"Ehm? Yaudah kita duduk dulu ya?" Ajak Ohm. Perth mengikuti perintahnya.

Mereka terduduk dan bersandar di batu yang besar.

Ohm mengambil beberapa kayu yang ada disana, mengumpulkannya menjadi satu mencoba membuat api unggun. Untuk menghangatkan dirinya dan penerangan untuk mereka berdua.

Ohm menyalakan api menggunakan korek yang dia bawa.

"Lo ngerokok?" Tanya Perth yang sudah terhenti dari tangisnya.

"Enggak, gue cuman bawa aja. Kan kita mau buat api unggun, pasti butuh korek,  nggak mungkin gesek-gesek kayu bakar kan?" Ucap Ohm.

Perth tertawa kecil mendengarnya, kemudian menatap tenang Ohm yang menatap perapian.

Ohm memegang tangan Perth, Perth reflek menatap Ohm yang juga menatapnya.

"Lo tenang aja ya, kita pasti bakalan keluar dari sini" Ucap Ohm yang meyakini Perth.

Perth tersenyum menganggukkan kepalanya. Tiba-tiba suasana menjadi hening.

"Kita kenapa sih berantem terus Perth?" Tanya Ohm seketika.

Perth menatap mata Ohm, Ohm juga menatap mata Perth.

"Lo lupa sama kejadian waktu itu?" Tanya Perth.

"Yang lo keluar dari toilet telanjang, terus celana lo ada di tangan gue?" Tanya Ohm memastikan.

Perth mengangguk, kemudian menunduk.

"Tapi itu bukan perbuatan gue Perth, gue kan udah bilang sama lo waktu itu" Jelas Ohm.

"Terus kalo bukan lo siapa? Di toilet itu nggak ada siapapun tiba-tiba gua keluar dari toilet dan dapetin lo yang megang celana gua" Jelas Perth dengan mata yang berkaca-kaca.

Ohm tersenyum miring.

"Kenapa lo? Apa yang lucu?" Tanya Perth.

"Gue cuman tau fakta sekarang, kalo orang marah mau di jelasin dari a sampai z pun nggak bakalan paham. Karena mereka lagi marah" Jelas Ohm dengan muka menantangnya.

"Iya gua marah, gua marah sama lo mungkin sampai ketahap benci. Lo tau paus? Gua cape denger orang tua gua yang selalu ribut mulu setiap harinya, dan gua berharap itu nggak ada lagi di hidup gua setelah mereka berdua bercerai" Ucap Perth, air mata seketika berjatuhan ke pipinya. Ohm terkejut melihatnya.

"Tapi nyatanya, tiap hari gua harus di hadepin lo yang selalu nyari masalah sama gua" Sambung Perth dengan isakannya.

Ohm terdiam menyimak.

"Gua nggak butuh penjelasan lo Paw" Ucap Perth yang menyebut nama Ohm dengan benar, Ohm menatap mata Perth.

"Gua cuman mau lo minta maaf, apa sesusah itu buat minta maaf? Apa lo nggak pernah ngerasa bersalah? Apa lo nggak ngerasa bersalah karena lo ngumpetin celana gua? Nyoret-nyoret mobil gua? Mukul perut gua sampe gua di bawa kerumah sakit? Nampar gua di depan orang-orang?" Jelas Perth.

Ohm terdiam mencoba mengingat kejadian sebelumnya, benar ucapan Perth. Dirinya terlalu gengsi untuk meminta maaf akan kesalahan yang diperbuat.

Perth menangis dengan isakannya yang terdengar oleh Ohm.

"Bahkan gua selalu berterima kasih kalo lo nolongin gua" Ucap Perth.

"Apa lo nggak pernah diajarin minta maaf dan cara berterima kasih sama orang tua lo?" Tanya Perth.

Ohm hanya terdiam merunduk. Perth berdiri kemudian berjalan meninggalkan Ohm, Ohm mengekorinya dan menahan tangan Perth yang ingin pergi.

"Gue... Gue minta maaf Perth, maaf untuk mobil lo yang di coret-coret sama gue, maaf karena nonjok lo sampai dibawa ke rumah sakit, maaf karena nampar lo didepan orang-orang" Ucap Ohm.

"Gue terlalu gengsi untuk minta maaf, gue bahkan selalu nutupin alasan biar gue nggak perlu minta maaf sama lo. Gue emang bajingan Perth" Ucap Ohm.

"Gue selalu mikir kalo gue nonjok lo di toilet itu karena gue bela adek gue, dan nampar lo di depan banyak orang karena gue bela perempuan yang lo tindas" Jelas Ohm.

Perth terdiam menyimak.

"Tapi lo harus tau Perth... Gue bukanlah orang yang ngumpetin celana lo, gue ngeliat orang lari dari toilet, terus ngasih celana ke gue, nggak lama lo dateng dengan mata lo yang berair dan penuh marah" Jelas Ohm.

Perth menatap Ohm terkejut. Jadi selama ini ada orang yang mengadu domba mereka?

Ohm meneteskan air matanya tanpa isakan, Perth terkejut melihatnya. Ohm masih setia memegangi tangannya sambil merunduk.

Perth kemudian mengusap kepala Ohm pelan. Ohm menatap Perth dengan mata berairnya, kemudian memeluk Perth.

Perth menerima pelukannya dan memeluk balik tubuh Ohm. Hangat, Benar-benar sangat hangat, pelukan inilah yang selalu Perth inginkan. Ohm menangis di pelukan Perth, Perth mengusap punggung Ohm.

"Orang tua gue di surga pasti sedih liat gue yang gini" Ucap Ohm di sela-sela tangisannya.

Perth melepas pelukannya, menatap Ohm terkejut. Ohm menangis di hadapan Perth, kemudian Perth kembali memeluk Ohm.

......

Gimana-gimana jadi udah pada tau kan maunya Perth selama ini? Gampang banget ya padahal, cuman kata minta maaf. Tapi terkadang kita lupa kalo permintaan maaf tuh penting untuk hidup seseorang.

See u on next part ya guys!

OHMPERTH (END)Where stories live. Discover now