BAB 1.2

41 2 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hi! Salam kenal. Gue Alga.


••••


Setelah mengirim lokasinya saat ini, Ellia pun hanya duduk diam seraya menunggu.

Meski pesannya hanya dibaca, tapi Ellia yakin Alga pasti datang menjemputnya. Ya, dan terbukti. Tidak lebih dari 10 menit, mobil berwarna hitam dengan plat nomor yang dihafalnya melaju dari kejauhan. Ellia tak kuasa menahan senyum, tapi sesaat setelah mobil berhenti di depan halte, Ellia segera memasang wajah sedatar mungkin, dengan kombinasi ekspresi layaknya orang patah hati. Tentu saja hal itu dilakukannya untuk menarik simpati pria yang belakangan ini diam-diam menghindarinya.

Kaca mobil perlahan turun, memperlihatkan sosok Alga di balik kemudi. Keduanya hanya saling melempar pandang dalam diam, seakan kembali merayakan pertemuan pertama mereka setelah hampir satu bulan tidak terlibat interaksi layaknya sahabat seperti biasanya.

“Nggak masuk?” Suara yang dirindukan Ellia. Mengalun mengisi kekosongan yang ada di hatinya, tapi... Ellia menghembuskan napas berat. Ekspektasinya tentang Alga yang akan bersimpati dan memeluknya runtuh seketika.

Boro-boro memeluknya, bahkan menanyakan kabarnya saja tidak.

Hei! Mereka tidak berkomunikasi sudah satu bulan loh!

Nggak bisa gitu ngasih senyum dikit? Seenggaknya biar gue seneng gitu loh! Itu muka apa tembok, sih? Datar banget.

TIDAK TAHUKAH ALGA BAHWA ELLIA MERINDUKANNYA?!

Ah! Ngeselin, batin Ellia. Padahal Ellia setengah mati berusaha move on dari pria itu. Walau ujung-ujungnya gagal.

Berusaha meredam kekesalannya, Ellia bangkit dan bergegas masuk ke dalam mobil. Menghela napas pelan, mencoba memahami sifat cuek Alga yang memang sudah tidak bisa diganggu gugat. Tapi helaan napas Ellia justru diartikan berbeda dalam sudut pandang Alga.

“Cowok kayak dia nggak usah dipikirin.”

Senyum getir terpampang di wajah Ellia. Nelangsa dalam hati. Selain sifat cuek Alga yang mendominasi, rupanya cowok itu benar-benar...

Sangat tidak peka.

“Masih banyak cowok di dunia ini yang bisa nerima lo dengan baik.”

Pandangan Ellia yang semula lurus ke depan, kini beralih pada Alga yang menatapnya. “Apa salah satunya termasuk lo?”

***

Selama perjalanan pulang, baik Ellia maupun Alga memilih diam. Hanya ada hening yang mengukung. Sampai akhirnya mobil berhenti di depan gerbang rumah Ellia.

Ellia menoleh, menatap Alga dalam-dalam. Sorot matanya menunjukkan sarat kerinduan. Ellia rindu pria ini. Karena terbiasa bersama sejak kecil dan seringkali bergantung pada Alga. Hal itu membuat Ellia merasa kesepian dan sedikit kesulitan tanpa pria itu, walaupun ia memiliki teman yang lain, tapi tidak ada yang bisa selalu ada di sampingnya layaknya Alga. Begitupun dengan kakaknya, Flora yang disibukan dengan jadwal kuliahnya.

30 DaysWhere stories live. Discover now