BAB 1.3

41 3 0
                                    

Hai! Gue Ellia, calon pacarnya Alga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai! Gue Ellia, calon pacarnya Alga.


••••


Jika ditanya siapa makhluk bumi yang paling mengandalkan hati daripada logika?

Jawabannya adalah perempuan.

Sosok yang sensitif jika menyangkut hal perasaan. Begitupun dengan Ellia. Walaupun tingkahnya cenderung pecicilan, tapi jika ada perkataan yang cukup menyentil hatinya, energinya akan terkuras dan berakhir murung.

Seperti sekarang. Tadi Alga menyuruhnya untuk mengambil seragam sekolah dan buku pelajaran untuk besok senin, tapi ia justru duduk melamun menatap jendela kamarnya. Memikirkan kalimat terakhir yang dilontarkan Alga tadi.

Ellia kembali merasa sakit hati. Siapa yang tidak sakit hati saat orang yang kamu sukai tahu bahwa kita menyukainya, tapi dengan tanpa perasaan orang itu mengatakan bahwa kamu bukan tipenya.

“Udah?”

Suara Alga terdengar dari arah belakang Ellia. Tadi Alga memang mengatakan akan menunggu di bawah. Mungkin karena Ellia tidak juga turun pria itu kembali menyusulnya ke atas.

“Gue tidur di sini aja,” ujar Ellia.

Hening sejenak, sebelum akhirnya Alga berkata, “Kalo gitu biar gue yang ngambil baju sama buku-buku lo.”

Mendengar hal itu membuat Ellia menoleh pada Alga yang sudah masuk ke kamar dan mengambil seragamnya dari lemari. Tanpa sadar Ellia tersenyum. Alga memang paling tahu semua hal tentangnya. Pria itu tidak akan membiarkan Ellia di rumah sendirian karena Alga tahu bahwa Ellia itu penakut.

Bahkan, Alga hafal di mana ia menyimpan buku-bukunya.

Selain menjadi makhluk perasa, Ellia juga gampang luluh, seperti sekarang. Ellia sudah beranjak dan berdiri di belakang Alga yang kini sedang sibuk memasukkan beberapa buku ke dalam tas sekolahnya.

“Mungkin lo nggak pernah nanya kenapa alasan gue putus sama tiga cowok yang gue pacarin tiga bulan terakhir ini,” kata Ellia memulai percakapan. “Tapi gue mau lo tau soal ini.”

Senyum Ellia berubah sendu. Tepat saat Alga bersiap untuk berbalik, Ellia segera menahannya dengan cara mencengkeram seragam pria itu.

“Jangan liat,” cegah Ellia.

“Kenapa?”

“Gue malu.”

“Di sini cuma ada gue, El.”

“Justru karena ada lo,” balas Ellia cepat. “Gue malu kalo harus ngomong di depan lo. Jadi gue mau ngomong di belakang lo aja.”

Alga tersenyum geli mendengar penuturan Ellia. Namun, tak urung ia pun hanya diam di tempatnya. Menyetujui ucapan Ellia yang memintanya untuk tidak berbalik.

30 DaysWhere stories live. Discover now