κεφάλαιο έκτο

4.6K 664 39
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












“JENO!”





“PANGERAN JENO!!”





Kaki jenjang itu terus berlari mengikuti insting demi mencari seseorang yang ia yakini hadir secara nyata semalam.





Tadi, saat Renjun terbangun dari tidurnya, hal pertama yang ia dapati hanyalah keheningan dengan sinar mentari pagi yang mulai menyelinap masuk melalui celah bangunan, ketika tubuhnya telah di dudukan pada tepi ranjang, maniknya mengedar mencari sosok yang menemaninya semalam namun nihil, Jeno sudah tidak ada.





Awalnya hanya panggilan lembut dengan membawa langkahnya menelusuri ruangan hingga keluar pada tempat yang sama saat semalam menikmati pemandangan malam, namun Renjun tak kunjung menangkap sosok besar berjubah pada tempat itu. Hawa dingin begitu terasa, seakan hanya dirinya yang berada di sana seorang diri, tapi Renjun yakin ia tak sendirian.





Sentuhan hangat dengan beratnya suara saat Berbicara dan bagaimana kuatnya detakan jantung kala menaruh telinga pada dada itu begitu nyata untuk di sebut sebagai mimpi. Terlebih lagi saat maniknya menangkap beberapa helai bulu cokelat yang berada pada tempat yang sama saat mereka berpelukan setelah jatuh dari ranjang.





Perasaan takut seketika masuk ke dalam hati, entah apa yang Renjun takutkan namun perasaan tak akan bisa bertemu kembali cukup besar untuk di tolak. Renjun akui bahwa ia nyaman dengan Jeno, terlepas dari fisik Jeno bagaimana, Renjun tidak perduli. Saat bertemu dengannya semalam, Renjun merasa bahwa ia akan aman dan bahagia bila bersama Jeno, belum pernah Renjun rasakan perasaan hangat itu di diri orang lain selain Jeno, bahkan dengan Jaehyun dan Duke Na, Renjun tak pernah merasa bahwa dirinya begitu nyaman dan aman seperti saat bersama pangeran Alterniamon itu.





Bak orang ke surupan, Renjun berlari hanya untuk mencari dan menemukan keberadaan Jeno yang selama ini ia nantikan, namun keheningan kembali ia temui dari pada jawaban suara berat khas seorang Lee Jeno.





Lelah karena terus berlari dan berteriak, Renjun jatuh bersimpuh dengan kedua lututnya bertekuk, kedua kantung matanya mulai membengkak akibat tangis, kehilangan Jeno benar-benar membuatnya kacau Seperti ini, padahal saat kehilangan sang ayah saja Renjun tidak separah ini. Sesak yang memenuhi dadanya Renjun pukul dengan harap dapat menghilangkan atau sekedar mengurangi rasa sesak itu, namun yang Renjun terima hanyalah rasa nyeri akibat pukulan yang terlampau kuat untuk dirinya sendiri.





Melupakan sejenak siapa dirinya, Renjun akan bertindak sesuai dengan bagaimana perasaannya sekarang. Ia ingin membenci karena Jeno telah pergi tanpa berpamit namun hatinya seakan tak mampu untuk membenci, maka yang bisa ia lampiaskan dalam kesedihan ini hanyalah tangis pilu yang membuat Kerumunan burung merpati putih yang sedang hinggap menatapnya seakan burung itu bisa merasakan sakitnya.





ALTERNIAMON KINGDOM || NOREN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang