EPILOGUE

3.6K 379 40
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












“Tidak! Mama itu punyaku! Punya Rui!”










“Dasar kecil! Mama itu lebih dulu mengeluarkan ku! Berarti mama punyaku! Mengalah saja kau dasar pendek!”










“Enggak! Mama sayang sama Rui! Buktinya tiap malam Rui di kasih dongeng sampai Rui tertidur! Terus mama kecup-kecup kepala Rui dan di usap-usap! Mama sayang Rui!”










“Mana ada seperti itu! Aku juga di perlakukan sama seperti mu! Bedanya aku akan tertidur bersama mama! Sedangkan dirimu tertidur bersama kak Yuan!”










“Enggak! Mama sayang sama Rui! Hiks mama sayang sama Rui! Mama punya Rui hiks mama~” setelah perdebatan dengan sang kakak, akhirnya si bungsu menangis karena merasa tak terima akan perkataan kakak keduanya itu, ia menangis kencang memanggil nama sang mama, tak menghiraukan kepanikan para pelayan yang memang di tugaskan untuk menjaga si bungsu, sedangkan sang kakak keduanya itu malah tertawa terbahak karena berhasil membuat adik bungsunya menangis, hal yang dia sukai sejak adiknya itu lahir.










Tak jauh dari posisi kedua anak menggemaskan itu, ada seorang remaja lelaki yang menggeleng sembari mengelap keringatnya, remaja berparas tampan ini baru saja menyelesaikan latihan perangnya bersama sang panglima perang, Lee Minhyung.










Minhyung yang melihat gerak-gerik sang pangeran putera mahkota tersenyum kecil, ia memberikan minum kepada sang pangeran pertamanya yang menuruni paras sang Raja, “Kedua adik mu selalu bertengkar dimana saja, tidak berniat melerai mereka yang mulia putera mahkota?” ucap Minhyung, yang di balas tatapan datar dari sang tuan muda nya.










Sang putera mahkota yang bernama lengkap ‘Lee Heongyuan’ dengan nama panggilannya ‘Yuan’ itu menggeleng singkat, dia mengasah pedangnya dengan batu asahan yang selalu dirinya bawa kemanapun, “Tuan Lee tentu tau bagaimana watak kedua adik ku itu, jika aku melerai mereka akan dengan kompak menuduh diriku yang menganggu mereka dan membuatku tak di acuhkan oleh mamaku, aku tak ingin itu terjadi kembali seperti yang sudah berlalu.” jawab Yuan, remaja tampan berusia tujuh belas belas tahun itu sembari melirik kepada sang adik bungsunya yang tengah mengamuk melempar batu sembari meraung hingga membuat panik para pelayan dan prajurit di sana.










“Tapi—” Yuan bangkit, ia memberikan pedangnya kepada Minhyung lalu berjalan penuh wibawa kepada tempat kekacauan, Minhyung yang setia menemani Yuan pun tentu terus mengikuti, “—Jika aku tak menghentikan mereka, ayahanda akan mengirimkan ku ke negeri mama dan membuatku terpisah lebih lama dengan mama, aku tak ingin itu terjadi.” lanjutnya, membuat Minhyung tersenyum maklum.










ALTERNIAMON KINGDOM || NOREN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang