κεφάλαιο δέκατο τέταρτο

2.8K 420 36
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.











Waktu terus berjalan tanpa henti, bagaimana semesta berjalan sesuai dengan tugasnya, terus bergerak berputar tiada lelah dengan gerakan para makhluk hidup yang akan terus berkembang dan tumbuh sebagaimana mestinya, di setiap tarikan nafas akan selalu ada nyawa yang lahir dan pada setiap hembusan nafas akan selalu ada jiwa yang keluar dari raga. Monoton, mungkin itu adalah kata yang tepat bagaimana mendeskripsikan semesta bekerja, akan tetapi akan selalu ada cerita yang datang di setiap raga yang bertahan.









Untuk tetap bertahan pada kerasnya kehidupan, setiap manusia pasti memerlukan makanan dan minuman juga bangunan untuk bertahan menghindari cuaca yang tak masuk logika rasanya. Sebuah tempat yang di bangun sesuai dengan kemampuan masing-masing guna menjadi tempat istirahat dan menghindar dari segala jenis cuaca yang menyerbu. Di setiap bangunan yang kerap di sebut 'Rumah' pastilah akan ada cerita yang terangkai oleh sang penghuni, entah tinggal seorang diri ataukah bersama manusia lain atau bahkan hewan lain untuk menemani, meskipun tak ayal akan ada anak kecil yang hidup di dalamnya bersama kedua orang tua nya.









Di jaman ini, kehidupan yang masih bertahan pada sistem kekerajaan memang cukup sulit dan tak mudah, belum ada teknologi canggih yang bisa membantu kehidupan dengan cepat seperti sekarang, terlebih lagi hidup memandang kasta, dimana yang tertinggi mendapatkan penghormatan dan di puja bak seorang dewa dan yang terendah di perlakukan tidak baik selayaknya manusia.









Park Renjun tak akan pernah tau bagaimana kehidupan rakyatnya secara langsung apabila ia tak berinisiatif untuk menyamar sebagai rakyat gelandangan. Menyembunyikan jati dirinya sebagai seorang pangeran dan menyamar sebagai gelandangan dengan pakaian compang-camping dan mengoleskan tanah pada kulit cantiknya, memakai sebuah topi tani yang sudah lusuh guna menyembunyikan wajah manisnya. Dia berniat lihat secara langsung bagaimana rakyat Elderscobia hidup tanpa ada petinggi kerajaan yang memberikan info. Sebab Renjun curiga, ada oknum tak bertanggung jawab yang memalsukan data keuangan Elderscobia, maka dari itu sejak matahari belum terbit ia sudah pergi untuk menyamar sembari duduk di tepi jalan bak seorang pengemis.









Kepalanya memang menunduk agar tak ada orang lain yang menyadari keberadaannya, Bagaimana pun Renjun adalah sosok pangeran yang jelas seluruh rakyat tau bagaimana rupa nya, terlebih lagi sebagian rakyat yang sudah membenci dirinya atas permasalahan berita tak benar itu. Sejujurnya Renjun sedih karena rakyatnya membenci dirinya, namun satu sisi pun Renjun sadar bahwasanya setiap manusia tak harus menyukai dirinya.









Tatapannya ia buat sayu, sesekali bibirnya mengeluarkan desisan dengan memijiat perutnya, melakukan sebuah akting berpura-pura lapar agar tak ada yang mencurigai dirinya. "T-tolong berikan saya uang atau nasi... Saya sudah lama belum makan..." dustanya, yang mendapatkan banyak tatapan namun tak ada yang mendekati. Renjun masih bertahan pada posisi hingga suara bentakan membuat kepalanya menoleh dan melihat ada seorang anak kecil yang di perkirakan usianya baru lima enam tahunan sedang menangis setelah mendapatkan pukulan dari seorang pria besar.









ALTERNIAMON KINGDOM || NOREN✓Where stories live. Discover now