Tiga

2.6K 198 20
                                    

Wajib follow sebelum baca!

****

"Makasih, Den"

Chilla menerima pesanannya, berupa ikan gurame asam manis titipan kembarannya yang sedang ngidam. Jika bukan karena memenuhi masa ngidam kembarannya malas sekali sebenarnya Chilla menginjakkan kaki lagi di tempat ini. Restoran milik mantan kekasih brengseknya yang tak usah ia sebutkan lagi namanya.

"Enggak mampir dulu, Bu" ucap Dendi sambil menaik turunkan alisnya menggoda. Chilla yang tahu apa maksud Dendi hanya memutar bola matanya malas. Apa Dendi belum mengetahui hubungannya dan bos lelaki itu sudah berakhir?

Selain Marine, Dendi juga yang mengetahui hubungannya dengan Panji dan kasusnya sama seperti Marine, saat itu Dendi tak sengaja melihat Chilla yang sedang mojok berduaan di ruangan Panji.

Sebenarnya Chilla dan Panji sudah terbiasa berduaan di dalam ruangan Panji karena kebetulan Chilla dulu sempat menanamkan menanamkan modal ke restoran Panji ini. Tapi, itu dulu. Karena itu jugalah awal kenapa mereka dulu bisa berpacaran, terbiasa bertemu hingga mulai menimbulkan ketertarikan antara satu sama lain. Tapi, kebetulan sekali Dendi memergoki tepat saat mereka sedang berciuman dalam ruangan Panji. Saat itu pula Panji meminta Dendi tutup mulut dengan apa yang dilihat

"Udah end" ucap Chilla sambil membuat gerakan seolah memotong lehernya.

"Waduh" Melihat reaksi Dendi sepertinya lelaki itu belum mengetahui kandasnya hubungan sang bos, Chilla kira Dendi sudah tahu.

"Pasti gara-gara teh Anya" gumam Dendi pelan tapi masih bisa Chilla dengar.

"Siapa?" Tanya Chilla sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Itu tuh cewek yang akhir-akhir ini ngintilin terus Pak bos" jelas Dendi. Chilla hanya mengangguk mengerti, ternyata wanita selingkuhan mantannya itu bernama Anya.

"Oh!" Balas Chilla singkat. Ia tak peduli lagi atau masih mencoba tak peduli, entahlah.

"Ehem"

Terdengar deheman suara cukup keras yang berasal dari balik tubuh Chilla. Tanpa menoleh Chilla sudah hafal itu suara Panji, dari aroma parfum yang tercium saja Chilla sudah meyakini yang berdiri di belakang tubuhnya saat ini pasti Panji.

Melihat kedatangan Panji, Dendi cepat-cepat mencari kesibukan sedangkan Chilla hanya menatap lelaki itu sekilas lalu memalingkan pandangannya sambil memutar bola mata malas, apalagi melihat kehadiran wanita yang kini sedang bergelayut manja di tangan mantan kekasihnya. Tanpa sadar Chilla berdesis sinis. Ia memilih berpamitan pada Dendi lalu cepat-cepat pergi.

"Bye, Den" Chilla melenggang pergi melewati Panji begitu saja.

******

Chilla sedang menunggu taksi online pesanannya di depan restoran, saat tiba-tiba seseorang menutupi pahanya menggunakan sebuah jaket. Chilla menatap tak suka Panji yang melakukan itu padanya.

"Bahaya pergi sendiri pakai pakaian terbuka kaya gitu" ucap Panji membuat Chilla menampilkan senyuman sinisnya.

"Bukan urusan lo" Chilla menyingkirkan begitu saja jaket yang tadi menutupi pahanya hingga jaket tersebut jatuh di atas lantai.

Tapi, Panji memungut jaketnya lalu ia gunakan kembali jaket tersebut untuk menutupi paha mulus Chilla yang terbuka.

"Gue bilang bukan urusan lo" Chilla berteriak kesal. Ia berdiri lalu melemparkan jaket tersebut ke arah tempat sampah, tapi sayangnya meleset tak sampai masuk ke dalam tempat sampah. Padahal Chilla berharap jaket itu berakhir disana.

"Tapi, Ci..."

"Enggak usah sok peduli, kita bukan siapa-siapa lagi" desis Chilla penuh penekanan, dengan rahang mengeras matanya menatap Panji tajam. Ia tak suka melihat Panji merasa seolah hubungan mereka masih baik-baik saja karena nyatanya perpisahan mereka disebabkan kebrengsekan lelaki itu.

Trust Fund BabyWhere stories live. Discover now