Tiga Belas

1.7K 158 19
                                    

Wajib follow sebelum baca!

*****

Chilla baru keluar dari kamar mandi saat ia berpapasan dengan Zidan, wanita itu memandang aneh Zidan yang memberikan tatapan sinis padanya.

"Kenapa lo?" Tanya Chilla, kini wajah Zidan malah berubah masam.

"Ngapain lo sama si Panji selamem?" Tanya Zidan, lelaki itu mendengus sebal melihat senyum lebar yang tiba-tiba terbit dari wajah Chilla. Semalam ia tak bisa tidur karena mendengar suara-suara erotis yang berasal dari kamar sebelah. Sudah dipastikan suara itu dihasilkan dari kegiatan mesum Panji dan Chilla.

"Kepo!" balas Chilla, sambil menampilkan senyum mengejek pada Zidan.

"Gue laporin warga baru tau rasa lo di arak keliling kampung"

"Sirik aja lo!"

"Tolong beliin beras di warung samping dong, gue mau buatin Panji bubur" perintah Chilla, ia ingin membuat makanan tapi tidak ada bahan-bahannya di dapur.

Meski sambil menggerutu, Zidan masih mau menuruti perintah Chilla. Lelaki itu pergi ke luar membeli beras sesuai perintah.

Chilla sendiri memilih langsung masuk ke dalam kamar untuk melihat Panji yang saat ini sedang demam, oleh karena itu ia ingin membuatkan Panji bubur.

Chilla menatap Panji yang berbaring dengan mata tertutup di atas kasur. Hembusan nafas lelaki itu terdengar berat. Chilla mendekat, menyentuh beberapa bagian tubuh Panji untuk memastikan suhu tubuh lelaki itu yang ternyata masih panas.

Tangan Chilla meraih washlap yang tadi ia gunakan untuk mengompres dahi Panji, ia celupkan ke dalam air. Setelah diperas Chilla kembali letakan kain itu di atas dahi Panji.

Mungkin karena terganggu dengan gerakan yang Chilla buat, perlahan mata Panji terbuka. Meski pandangannya sedikit buram, Panji bisa melihat wajah Chilla yang ada di hadapannya saat ini.

Seharusnya hari ini Panji membantu Ayahnya membereskan kebun, tapi bangun tidur tadi tubuhnya menggigil, juga mengeluhkan kepalanya pusing. Tapi terselip kebahagiaan meski kini ia sedang sakit tak berdaya, karena Chilla masih sudi merawatnya.

"Gue buatin lo bubur, ada makanan lain yang lo mau?" Tanya Chilla, penuh kelembutan. Panji melihat Chilla yang sekarang ada di hadapannya sama seperti Chilla yang dulu ia kenal, penuh perhatian.

"Mau sup buatan kamu" balas Panji, dengan suara seraknya. Chilla hanya balas dengan anggukan, lalu wanita itu pergi ke luar untuk menyusul Zidan. Ia akan membeli bahan-bahan untuk membuat sup.

Tapi, niatnya itu tak jadi ia laksanakan, karena sesaat sebelum Chilla keluar dari rumah, ia mendapat telpon dari Shinta. Shinta menanyakan keadaan putranya karena sebelumnya Chilla sudah memberitahu Panji sedang demam.

Saat Chilla berkata ia akan pergi ke luar untuk membeli bahan makanan, Shinta melarang. Wanita paruh baya itu meminta Chilla menjaga Panji saja sementara ia yang memasak. Sebagai Ibu, Shinta juga sudah hafal makanan apa yang diminta putranya jika sedang sakit.

Akhirnya Chilla menurut saja, ia hanya membuatkan Panji bubur setelah itu Chilla menunggu kedatangan Shinta di dalam kamar.

"Sayang, badan aku sakit semua" Panji berucap lirih.

"Gue pijitin, ya" ucap Chilla yang tentu saja Panji balas dengan amggukan kepala. Tangan Chilla perlahan mulai bergerak telaten memijat bagian-bagian tubuh Panji yang lelaki itu keluhkan pegal.

"Kamu baik banget, aku jadi makin cinta" Chilla hanya memutar bola matanya malas mendengar kata itu keluar dari mulut Panji yag kini berbaring dengan wajah pucat di atas kasur.

Trust Fund BabyUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum