Sebelas

1.8K 167 14
                                    

Chilla menatap pemandangan kanan dan kiri yang ia lewati masih banyak ditumbuhi pohon-pohon rindang. Sepanjang perjalanan matanya dimanjakan dengan pemandangan hijau khas pedesaan. Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya mobil yang Zidan kendarai memasuki kawasan pedesaan tempat Panji tinggal.

Semakin dekat Chilla semakin ragu dengan pilihannya. Kedatangannga ke tempat ini seperti membuka harapan untuk Panji agar bisa kembali padanya.

"Kita puter balik aja, Dan!"

Tapi, Zidan tak mendengarkan permintaan Chilla, lelaki itu masih terus fokus dengan kendaraanya.

Sampai akhirnya saat hari mulai sore mobil yang Zidan kendarai berhenti di depan pekarangan sebuah rumah yang paling terlihat mencolok dari rumah lainnya. Rumah keluarga Panji, rumah ini sudah jauh terlihat lebih baik dari terakhir kali Chilla berkunjung. Chilla melihat seorang wanita yang ia kenal sebagai Ibu dari Panji sedang berada di halaman rumah, menyirami tanaman yang ada di pekarangan.

"Tante Shinta" sapa Chilla, tak lupa dengan senyum manisnya.

"Kakak Cia" seru Shinta kegirangan, tak menyangka akan kedatangan perempuan yang sangat ia ingin temui.

"Masuk, Kak" Lalu, Ibu dari Panji itu mengajak Chilla dan Zidan masuk. Shinta membuatkan minuman untuk kedua tamunya, setelah itu Shinta ikut bergabung duduk disebelah Chilla.

"Kamu dan yang lain apa kabar?" Tanya Shinta.

"Baik, Tan, yang lain juga. Mama dan Papa cuma bisa titip salam, mereka belum sempat main kesini lagi. Padahal Papa khawatir banget sewaktu tau ada berita longsor disini" ujar Chilla.

"Sebagian sayur yang siap panen kena longsor. Ada petani lain yang harus benar-benar gagal panen" Shinta menghembuskan beratnya saat mengucapkannya.

Obrolan ringan terus mengalir dari dua wanita dewasa itu sampai tibalah pada pembicaraan yang cukup serius.

"Maaf ya, Kak, Tante enggak tau Aa sudah sama kamu. Kalo dari awal Tante tau sudah sama Aa, Om dan Tante pasti enggak akan jodohin Panji sama perempuan lain. Tante cuma khawatir karena dari dulu dia terlalu fokus dengan karirnya, sudah lama Tante enggak dengar dia dekat dengan perempuan manapun" ujar Shinta, sudah lama ia ingin bertemu Chilla untuk mengucapkan itu semua secara langsung, namun sayangnya Panji selalu melarangnya saat ingin menemui Chilla.

"Bukan salah Tante, dari awal memang Aa yang enggak serius sama aku, Tan"

"Oh ya, ini Zidan, Tante" Chilla memperkenalkan Zidan yang sejak tadi hanya diam menyimak obrolan antara Chilla dan Shinta.

"Ini pacar baru kamu?" Tanya Shinta, tapi Chilla hanya menanggapinya dengan senyuman tipis yang Shinta artikan benar, jika lelaki yang kini duduk tak jauh dari mereka. Shinta mendesah lesu tapi tetap mencoba menampilkan sebuah senyuman kepada Zidan.

"Aa Panji Mana, Tan?" Tanya Chilla, ia merasa rumah sangat sepi.

"Di kebun. Dari kemarin dia di kebun bantu warga disini, Kak" jelas Shinta, baru mengucapkannya Shinta melihat kepala sang putra menyembul dari pintu depan.

"Itu dia Aa" seru Shinta, menunjuk Panji.

Wajah Panji yang awalnya terlihat lesu langsung berubah cerah saat melihat kehadiran Chilla yang tak ia sangka-sangka. Ia baru akan masuk rumah sebelum suara teriakan sang Ibu menghentikkan langkahnya.

"Lewat belakang, A. Jangan lupa cuci kaki dulu!"

****

Chilla membantu Shinta membereskan bekas makan, tadi ia dan Zidan diajak makan bersama oleh Shinta. Rencananya malam ini Chilla dan Zidan akan menginap di rumah Tana, salah satu teman orangtua Chilla yang kebetulan berasal dari daerah ini dan mempunyai rumah di sekitar sini.

Trust Fund BabyKde žijí příběhy. Začni objevovat