Empat

2.5K 182 8
                                    

Wajib follow sebelum baca!

*****

Hari ini, setelah sekian lama akhirnya Chilla mencoba melawan rasa takutnya dalam menyetir, ia tak ingin kalah hanya karena traumanya dulu.

Bukan tanpa alasan Chilla bisa sampai trauma, beberapa tahun lalu ia pernah mengalami kecelakaan saat mengendarai mobil. Saat itu ia berkendara dimalam hari dalam keadaan hujan lebat. Jalanan yang licin ditambah ia juga ketika itu mengantuk membuatnya kehilangan konsentrasi hingga menyebabkan mobilnya tergelincir menabrak sebuah pohon besar. Kakinya terluka parah dan membutuhkan waktu kurang lebih 6 bulan untuk bisa kembali pulih.

Menggunakan mobil orangtuanya yang sengaja kemarin ia minta antarkan ke apartemen, Chilla mulai membelah jalanan ibukota di sore hari yang cukup terik ini. Sebenarnya ia sudah telat, tadi Mamanya mengabarkan bahwa acara sudah dimulai. Ia mempunyai janji dengan beberapa pasiennya, itu penyebab saat ini ia tidak bisa datang tepat waktu.

Meskipun dengan tubuh berkeringat dingin Chilla berhasil sampai di rumah kembarannya. Tapi, ternyata halaman rumah Ala sudah penuh, terpaksa Chilla harus keluar untuk mencari tempat parkir.

Chilla berkacak pinggang di depan bagasi mobilnya yang sudah terbuka, ia sedang memikirkan bagaimana cara membawa kado-kado ini ke dalam. Ada satu kotak besar berisi peralatan sekolah mulai dari tas, sepatu, buku sampai perintilan-perintilan kecilnya lengkap ada di dalam sana. Tentu saja isi kado tersebut pesanan Ala. Setiap ulang tahun Ala memang selalu memberi list kepada keluarganya kira-kira apa saja yang sedang Zefa butuhkan. Bukan tanpa alasan Ala melakukan itu, agar kado tersebut bisa digunakan dengan baik. Tahun lalu saja Ala meminta tempat tidur kepada Chilla sebagai hadiah ulang tahun Zefa.

Selain hadiah pesanan Ala, tentu Chilla juga memberi hadiah lain pilihannya. Sebuah boneka pinguin kesukaan Zefa dengan ukuran sangat besar. Bahkan Chilla yakin tubuh kecil ponakannya itu akan tenggelam bila membawa boneka hadiahnya ini. Salah satu alasannya mau membawa mobil sendiri karena banyak barang yang harus ia bawa.

"Duh, untung anak lo ponakan gue, La. Baik-baik deh lo nanti kalo anak gue lahir" Mulut Chilla yang tidak bisa diam menggerutu pelan saat ia merasa kesulitan untuk mengeluarkan kadonya.

"Sini aku bantu" ditengah usahanya Chilla bisa mendengar suara berat seorang lelaki menyapa gendang telinganya. Tanpa menoleh ia sudah hafal ini suara Panji. Chilla hanya meliriknya sekilas tapi sama sekali tak menanggapi suara tersebut.

Panji tentu tak tinggal diam. Ia langsung berinisiatif mengeluarkan barang-barang tersebut tapi Chilla menepis tanganya kasar.

"Ck, gak usah" decak Chilla yang sebal.

"Biar aku bantu"

"Gak perlu, gue bisa sendiri" balas Chilla datar.

Karena kebingungan bagaimana cara membawa keduanya sekaligus, Chilla memilih membawa bonekanya saja terlebih dahulu. Untuk kotak lainnya nanti ia bisa minta tolong untuk dibawakan. Dengan kasar ia mendorong tubuh Panji menjauh agar ia bisa menutup kembali bagasi mobilnya.

"Jangan musuhi aku. Kita masih bisa berteman 'kan?" Chilla yang baru saja akan pergi menghentikan langkahnya mendengar kalimat itu.

"Berteman?" Tanya Chilla tak habis pikir, Chilla benar-benar tak suka kata-kata itu keluar dari mulut Panji.

Sambil memeluk boneka penguin hadiah Zefa, Chilla menatap Panji sinis.

"Apa salahnya berteman? Sebelum pacaran kita juga pernah berteman" ucap Panji. Jika tidak sedang memegang barang ingin sekali rasanya Chilla mendaratkan telapak tangannya pada wajah mantan kekasihnya itu.

Trust Fund BabyМесто, где живут истории. Откройте их для себя